Purwokertokita.com – Rengos Saka Guru Si Panji dan Kirab Pusaka yang menjadi rangkaian acara Hari Jadi Banyumas dinilai membosankan. Kegiatan yang monoton dan waktu pelaksanaannya yang terlalu siang membuat penonton banyak meninggalkan acara tersebut.
Pemerhati budaya Banyumas, Suyatmanto mengatakan, kedua kegiatan ini, justru mulai ditinggalkan penonton yang kebanyakan dari kalangan masyarakat lokal. Dia menilai, kegiatan yang monoton menjadikan acaranya kurang menarik.
Saat gelaran Kirab Pusaka, Minggu (17/2) lalu, Ketua Paguyuban Kerabat Mataram di Banyumas ini melihat puluhan penonton meninggalkan lokasi pawai. Sebab, kegiatan itu terasa membosankan serta cuaca yang cukup panas.
“Rombongan peserta pawai dari kalangan kedinasan terkesan tidak serius. Mereka kerap bercanda saat berada di dalam barisan,” kata Suyatmanto, Rabu (20/2).
Suyatmanto menuturkan, peserta kirab, khususnya dari kalangan kedinasan atau SKPD seharusnya lebih serius. “Pusaka itu kan simbol, lambang yang memiliki kekuatan dan kharismanya. Ini kan acara sakral. Mbok ya rombongan SKPD itu ikut lebih serius saat ikut pawai,” tambahnya.
Menurut Suyatmanto, semestinya panitia mulai membenahi agenda Kirab Pusaka dan Rengos Saka Guru Si Panji apabila hendak dijual menjadi agenda wisata. Dia menyebutkan, harus ada tambahan kegiatan yang menarik sebagai pendamping dua kegiatan tersebut.
Dia menambahkan, sebagian besar agenda wisata budaya di Banyumas ini menjadi patron sekaligus tolok ukur dan ditiru oleh daerah lain.
“Contohnya, Hari Jadi Banjarnegara sekarang juga diubah, tidak mengikuti penetapan dari Belanda, tapi berdasarkan catatan sejarah. Selain itu, banyak agenda wisata budaya di Purbalingga dan Cilacap yang bentuk acaranya hampir sama dengan Banyumas. Jadi, jangan sampai nilai dan kualitas acara di Banyumas justru menurun,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko mengatakan, dari hasil evaluasi sementara kegiatan Rengos Saka Guru Si Panji, memang terlihat kurang meriah. Kegiatan napak tilas ini semestinya dapat menghadirkan kelompok peserta dalam jumlah lebih banyak.
Deskart mengumpamakan, kegiatan tersebut bisa melibatkan perwakilan dari seluruh kecamatan di Banyumas. Sehingga dapat menampilkan kesan meriah.
Menurut Deskart, semakin panjang arak-arakan akan menarik perhatian dari pengunjung lokal, terutama masyarakat di sekitar jalur rengosan tersebut. Selain itu, kreativitas dari para pengiring juga mengundang pengunjung dari lintas wilayah.
“Ke depannya perlu melibatkan lebih banyak personel dan tim kesenian dari desa di sekitar wilayah Kecamatan Banyumas, Kalibagor, Sokaraja hingga Purwokerto,” ujarnya. (NS/YS)