Purwokertokita.com – Kami (14/2) malam, salah satu sudut ruangan di kafe Stue Coffe Purwokerto tak nampak seperti biasanya, selembar tiket konser dan tiga helai kertas berbentuk simbol cinta dengan tulisan rayuan terpajang di atas sebuah kotak.
Barang-barang tersebut adalah barang milik mantan seseorang yang ikut dipamerkan pada pameran bertajuk “Menolak Luka” yang diinisiasi oleh Heartcorner Collective dan Dewan Kesedihan Banyumas.
Momentum 14 Februari yang dikenal sebagai hari valentine atau hari kasih sayang, sengaja dimanfaatkan oleh penyelenggara untuk memamerkan barang-barang milik mantan. Setiap barang yang dipamerkan, memiliki kisahnya masing-masing yang erat kaitannya dengan kisah percintaan seseorang.
Kurator sekaligus inisiator pameran, Wiman Rizkidarajat menuturkan, pihaknya mengumpulkan barang-barang pemberian mantan, dilengkapi dengan berbagai macam kelengkapan seperti pameran pada umumnya, seperti tulisan kuratorial, yang menceritakan barang itu seperti apa.
“Kami geser valentine menjadi fallentine untuk mengingat kejatuhan teman-teman melalui barang barang ini, karena ini monumen kegagalan menjalin hubungan cinta,” kata Wiman.
Pameran yang berlangsung 14-16 Februari ini menampilkan sekitar 30 barang milik mantan pasangan. Pengunjung yang datang dapat merasakan nilai historis barang-barang tersebut secara monumental. Setiap hari, barang yang dipajang pun berbeda-beda.
Barang yang dipajang di antaranya 10 pasang sepatu merek Converse yang semuanya adalah sepatu Converse limited dan diberikan pada satu orang. Tapi pada akhirnya hubungan mereka gagal saat mereka akan beranjak ke pernikahan. Ada pula kumpulan esai buat seseorang yang namanya Puese. Puisi itu pernah dimuat di salah satu media cetak terkemuka sekitar tahun 2011-2012.
Di bagian depan ruang kafe terdapat boneka, ikat rambut dan sehelai kemeja putih dari seorang yang berpacaran. Adapula barang lain seperti bunga dari mantan yang telah mengering, sebuah kunci kamar kos, buku, parfum, tiket konser, boneka, handphone beserta kartunya.
“Kemeja ini unik karena cerita di belakangnya. Dulu diberikan untuk melamar kerja sekaligus melamar pasangan. Tapi ternyata kandas ditolak orang tuanya,” ujar Wiman.
Menurut Wiman, sebagian besar peserta meminta panitia untuk memusnahkan barang-barang setelah selesai pameran. Alasannya untuk menghilangkan kenangan yang tersimpan.
“Tapi kita belum berpikir ke sana. Sayang juga kalau dimusnahkan,” tambahnya.
Salah satu peserta pameran, Khrisna (20) mengaku turut menyumbangkan kaos untuk dipajang. Kaos ini merupakan barang pemberian pacarnya yang ketiga.
“Dulu putus waktu Pensi di sekolah. Katanya dia sudah menemukan cowok yang lebih baik dari aku,” cerita Khrisna mengingat mantannya. (NS/YS)