Purwokertokita.com – Rusaknya keindahan alam akibat keserakahan manusia direfleksikan oleh seniman Padhepokan Cowongsewu, Titut Edi Purwanto. Bersama perupa senior Hadiwijaya dan Rayung Purbantara, dia menggelar action painting di Pendapa Praba Wulan, Agro Karang Penginyongan, Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok Banyumas, Selasa (26/12).
Titut memulai aksinya dengan tengkurap di atas meja. Wajah, punggung, hingga kakinya diserbu kuas dan cat tiga warna oleh dua orang pelukis itu.
Perlahan, wujud lukisan tubuh itu mulai terlihat. Setelah berdiri, manusia itu pun berubah mirip sosok macan. Auman manusia macan itu mulai memenuhi ruangan. Dia meliuk-liuk di atas meja, seperti hewan lapar.
Hadiwijaya dan Rayung kembali beraksi. Kali ini, perut, janggut dan rambut Titut pun menjadi sasaran kuas.
Setelah action painting Loka Karya dan Pameran Seni Rupa itu rampung, Titut berbicara tentang alam dan kesenian. Dia mengingatkan, karya seni adalah anugerah Tuhan.
“Seniman tidak dibentuk, tapi dilahirkan. Seperti alam ini, adalah anugerah yang dari karya Tuhan,” ujarnya.
Menurut Titut, proses berkesenian tidak lepas dari alam. Biasanya pelaku seni akan mencari inspirasinya dari kehidupan sehari-hari, pemandangan hingga tempat-tempat indah.
“Jika alam rusak, seniman tentu sedih. Seperti macan tidak lagi punya rumah,” ujarnya.
Selepas menggelar performing art, Titut dimandikan oleh lima bocah cilik, istrinya Tri Indarwati serta Rayung dan Hadiwijaya di kolam air mancur kawasan yang dimiliki oleh taipan asal Gombong, Liem Kuswintoro ini. Anak-anak asal Desa Karangtengah itupun melepas tawa hingga pertunjukan usai. “Lihat saja anak-anak itu. Mereka pasti sangat senang. Sekarang anak-anak makin sulit mengenal alam karena sudah terbiasa bermain dengan telepon pintar,” kata dia.
Perupa Hadiwijaya mengatakan, selain loka karya, dia dan Titut juga membuka pameran lukisan di Agro Karang Penginyongan mulai 26 Desember hingga 3 Januari mendatang. Pengunjung, bisa menikmati dua puluhan karya yang dipajang ini sampai petang.
“Ini beberapa karya yang dihasilkan dalam beberapa tahun terakhir. Pameran Dwi Tunggal ini ingin menunjukkan, gelar karya bisa dilakukan dimana saja,” kata dia. (NS-)