Eyang Sujati Tetap Menari di Usia Senja

Ragam188 Dilihat
Seniman tari, Sujati (kiri) tetap enerjik saat mementaskan tari Menakjinggo Dayun di Agro Karang Penginyongan, Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Minggu (31/12) malam. (foto Cahyo P/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Usia senja ternyata tidak menghalangi Sujati. Perempuan yang lahir 76 tahun silam ini membuat warga Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok yang hadir di Pendapa Praba Wulan, Agro Karang Penginyongan, Minggu (31/12) berdecak kagum.

Tangan Eyang Jati masih luwes. Sesekali berjingkrak dan memutar badan saat seniman tari asal Gombong ini membawakan tari “Menakjinggo Dayun” di malam pergantian tahun.

Dia masih sanggup menari dengan sempurna saat membawakan tokoh Prabu Menakjinggo. Selama 20 menit dia menari dihadapan tamu undangan dan warga.

“Tari ini mengisahkan tentang Menakjinggo, Adipati Blambangan, yang jatuh cinta dengan seorang ratu di Kerajaan Majapahit bernama Kencana Wungu. Dia memiliki seorang “dayun” (pembantu setia) yang mengasuh dan mengajarinya tentang hidup,” tutur Eyang Jati.

Sujati mengaku menari sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Perempuan difabel itu menari lantaran dukungan dari orang tuanya.

Memiliki kekurangan fisik membuat Eyang Jati semakin berkibar. Dia kerap menjadi langganan tampil di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.

Kali ini, seniman yang masih enggan pensiun itu menari ditemani Tri Indarwati (53). Kolaborasi Eyang Jati bersama guru tari di SMP Gunung Jati ini pun membawakan cerita Menakjinggo yang kocak.

“Saat menari, saya lebih sering membawakan tokoh lelaki dibandingkan perempuan,” kisahnya.

Tak hanya suguhan dari Sujati, malam pergantian tahun di Agro Karang Penginyongan diisi dengan performing art kolaborasi Tri Indarwati dengan suaminya Titut Edi Purwanto, teaterawan Sanggar Bambu Yogyakarta, Sugiarto, perupa Hadiwijaya serta Rayung Purbantara hingga pesta kembang api. (NS)

Tinggalkan Balasan