Berburu Durian Varietas Lokal Banyumas (Bagian 1)

Lingkungan, Rehat138 Dilihat
Mulyono Harsosuwito Putro atau yang biasa disapa Kang Mul sedang memperlihatkan Durian Kusan yang kini pohonnya tinggal dua. Terancam punah. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)
Mulyono Harsosuwito Putro atau yang biasa disapa Kang Mul sedang memperlihatkan Durian Kusan yang kini pohonnya tinggal dua. Terancam punah. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Secangkir kopi hitam menjadi bekal kami untuk perjalanan pagi itu. Perjalanan bakal panjang karena harus menyusuri perbukitan di lereng selatan Gunung Slamet.

Mencari durian varietas lokal di Banyumas yang umurnya sudah ratusan tahun, bukanlah perkara mudah. Beberapa di antaranya terancam punah karena sudah tak ada lagi yang menanamnya. Tergantikan oleh durian manca yang kini lebih akrab di lidah penggemarnya.

Salah satunya adalah Durian Kusan. Durian yang merupakan durian varietas asli Banyumas kini menunggu kepunahan. Durian yang buahnya mirip kukusan atau tempat menanak nasi ini kini tinggal dua pohon yang masih hidup.

“Buahnya memang mirip kusan, umurnya ditaksir mencapai 125 tahun,” kata Mulyono Harsosuwito Putra, Ketua Institut Studi Pedesaan dan Kawasan Banyumas, yang juga pecinta durian ini saat ditemui Purwokertokita.com, Selasa (15/3).

Untuk bisa melihat durian Kusan, dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Letaknya yang berada di perbukitan lereng selatan Gunung Slamet, membuat lokasi dua pohon durian yang masih tersisa harus dijangkau dengan berjalan kaki.

Lokasi pohon durian ini berada di Grumbul Rabuk, Desa Baseh Kecamatan Kedungbanteng. Konon bukit ini angker dan banyak demitnya.

Batang pohon Durian Kusan ini berdiamater satu meter. Pohonnya tinggi menjulang. Di bagian atas buahnya besar dan mengerucut di bagian bawahnya. Mirip buah stroberi. Buahnya berwarna kuning dan rasanya juga manis.

Mulyono, atau biasa disapa Kang Mul, sudah setahun ini melakukan pendataan durian lokal Banyumas. Di antara jenis lainnya, Durian Kusan inilah yang jumlahnya terbilang sangat sedikit, yakni hanya dua pohon.

Selain Durian Kusan, varietas durian lokal Banyumas di antaranya, Durian Kromo, Susu, Podang, Emprit, dan ratusan varietas lainnya yang belum punya nama. “Biasanya namanya diambil dari pemilik pohon seperti Durian Kusrin milik Pak Kusrin,” katanya.

Ia mengatakan, durian pada zaman dulu merupakan penanda status sosial. Tidak semua orang bisa menikmati buah durian seperti sekarang ini.

Biasanya, kata dia, pemilik pohon durian merupakan tuan tanah kaya atau golongan ningrat di desa. Itulah mengapa durian varietas lokal Banyumas hanya ada di tanah-tanah milik orang kaya.

Durian Kusan saat masih di atas pohon. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)
Durian Kusan saat masih di atas pohon. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)

Agus Sulistiyo, salah satu pemuda setempat mengatakan, ia kini sedang mencoba membudidayakan durian Kusan dengan cara mencangkoknya. “Takutnya sebentar lagi dan tidak ada lagi peninggalannya,” kata dia.

Saat kecil dulu, kata dia, Durian Kusan berbuah besar dan daging buahnya sangat enak. Namun, karena sudah berumur ratusan tahun, kini buahnya mulai mengecil dan tak seenak dulu.

Ia berharap, petani lokal mulai peduli dengan varietas lokal yang tak kalah enak dengan durian dari Thailand. “Kita harus bangga dengan produk asli Indonesia,” katanya.

Tinggalkan Balasan