Petani Banyumas Dukung Penolakan Impor Beras

Bisnis130 Dilihat
Petani di Desa Pegalongan Patikraja Banyumas sedang menanam padi dengan metode Hazton, Kamis (19/11). (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)
Petani di Desa Pegalongan Patikraja Banyumas sedang menanam padi dengan metode Hazton, Kamis (19/11). (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Petani Banyumas mendukung penolakan impor beras yang disuarakan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, beberapa waktu lalu. Menurut petani yang tergabung dalam Koperasi Tani Alam Nusantara (Koptanusa), saat ini produksi padi di wilayah Banyumas mengalami surplus.

“Kebutuhan konsumsi untuk 1.941.958 warga Banyumas sekitar 7,8 ton per hari. Dengan asumsi kebutuhan per kapita per hari 380 gram, total konsumsi masyarakat Banyumas selama 150 hari atau lima bulan (satu kali masa panen) sekitar 1.170 ton. Sedangkan produksi padi mencapai 129.168 ton, jadi Banyumas surplus sampai 40 persen,” kata Ketua Koptanusa, Ahmad Fauzi Syihab, beberapa waktu lalu.

Fauzi menyampaikan, beberapa bulan terakhir memang terjadi musim kemarau sehingga banyak sawah yang tak bisa digarap. Tetapi, lanjutnya, hasil panen raya di akhir Agustus 2015 masih bisa memenuhi kebutuhan beras hingga 1,5 kali musim panen.

Masih menurut Fauzi, persediaan beras dan gabah yang dimiliki Bulog tidak bisa dijadikan acuan tingkat ketahanan pangan suatu daerah. Lantaran, banyak petani yang memilih menjual langsung gabahnya ke tengkulak atau konsumen, karena harga pokok penjualan beras dan gabah rendah.

Menurutnya, penolakan gubernur terhadap beras impor merupakan bentuk komitmen perlindungan terhadap petani. Dikatakannya, Jawa Tengah saat ini sedang merintis pembuatan rancangan peraturan daerah mengenai perlindungan dan pemberdayaan petani.

“Draf sudah selesai dan tanggal 24 November akan ada audiensi berbagai elemen penyusun dengan Komisi B DPRD Jateng. Gubenur sendiri menargetkan awal tahun 2016, raperda ini sudah diberlakukan,” kata Fauzi.

Uwin Chandra

Tinggalkan Balasan