Kera Rebutan Gunungan Buah di Festival Rewandha Bojana

Lingkungan, Wisata169 Dilihat
Monyet Ekor Panjang di Kompleks Masjid Saka Tunggal Cikakak Banyumas (Dok Purwokertokita.com)
Monyet Ekor Panjang di Kompleks Masjid Saka Tunggal Cikakak Banyumas (Dok Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Kalau melihat gunungan menjadi rebutan manusia, mungkin udah biasa ya. Nah, besok Minggu (1/11) di Desa Cikakak Kecamatan Wangon Banyumas (Kompleks Masjid Saka Tunggal), bakal ada gunungan yang akan menjadi rebutan kera ekor panjang (Macaca fascicularis). Rugi deh kalau ngga datang di acara yang diberi tajuk Rewandha Bojana.

Kegiatan ini dihelat oleh Aliansi Pariwisata Banyumas. Festival ini menyuguhkan ikon utama memberi makan kera dalam bentuk rebutan gunungan buah .

Ketua Panitia, Agus Sumarko mengatakan, festival memberi makan kera yang hidup di sekitar obyek wisata religi Masjid Saka Tunggal melibatkan masyarakat dari 6 desa di wilayah tersebut. Mereka ikut terlibat mengarak gunungan dari buah-buahan untuk digrebeg oleh primata bernama latin Macaca fascicularis mulai pukul 10.00.

“Gunungan buah akan diarak dari kediaman Kepala Desa Cikakak, Suyitno, menuju ke lapangan dekat Masjid Saka Tunggal sekitar 1 kilometer. Lalu, gunungan itu akan diperebutkan oleh para kera,” katanya.

Di kawasan tersebut, kata Agus, terdapat ratusan ekor kera yang berlindung di hutan sebelah barat kompleks Masjid Saka Tunggal tersebut dikeramatkan penduduk setempat.

Menurut kepercayaan warga setempat, monyet-monyet ini merupakan warisan pendiri Masjid Saka Tunggal. Masjid Saka Tunggal sendiri merupakan masjid pertama permulaan Islam masuk ke Banyumas sekitar tahun 1288.

Sebelum pawai gunungan dan memberi makan kera, imbuh Agus, sebanyak 15 grup kentongan akan berlaga dalam ajang Rampag Kentong di komplek kolam renang Dreamland Park, Sabtu (31/10). Mereka akan menghibur pengunjung dan penonton obyek wisata tersebut.

“Itu adalah keunikan dari festival ini. Selain mengangkat kearifan lokal yang sudah terjaga sejak ratusan tahun lalu, kami juga ingin menghidupkan kesenian rakyat setempat,” paparnya.

Sementara itu, Koordinator Aliansi Pariwisata Banyumas (APB), Deskart Sotyo Jatmiko mengatakan, monyet-monyet yang jumlahnya hampir mencapai 300 ekor itu, selain mendapat makanan alami dari hutan sekitar lokawisata, juga diberi jatah makanan langsung dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Banyumas. Namun, di saat musim kemarau, bahan makanan yang tersedia berkurang. Sehingga kera-kera tersebut juga bergantung pada
makanan pemberian dari pengunjung obyek wisata religi tersebut.

“Oleh karena itu, dengan adanya festival ini diharapkan tingkat kunjungan meningkat. Tidak hanya sekadar melihat peninggalan sejarah dan religi Masjid Saka Tunggal tapi juga menikmati atraksi saat berinteraksi bersama para kera,” ujarnya.

Dia menambahkan, selain mengangkat potensi wisata di kawasan Masjid Saka Tunggal, APB juga mengenalkan teknik pijat tradisional dengan menggunakan ramuan “Sari Nita” yang diambil dari singkatan sari nira dan tape. Para pemijat disediakan di sekitar lapangan dekat Masjid. “Setelah lelah memberi makan kera, pengunjung bisa menikmati sensasi pijatan dengan ramuan tradisional,” terangnya.

Sukmana Nugraha

Tinggalkan Balasan