Trauma Gempa, 800 Warga Desa Sirukem Masih Bertahan di Pengungsian

Lingkungan, Peristiwa248 Dilihat
Ilustrasi suasana pengungsian. (Dokumentasi/Purwokertokita.com)
Ilustrasi suasana pengungsian.
(Dokumentasi/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Sedikitnya 800 warga Desa Sirukem Kecamatan Kalibening Banjarnegara Jawa Tengah memutuskan untuk bertahan di pengungsian yang berada di balai desa dan Taman Pendidikan Quran Desa Balun Kecamatan Wanayasa. Mereka mengaku masih trauma dengan gempa yang berturut-turut terjadi sejak Senin hingga Selasa (23-24/11).

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Catur Subandrio mengemukakan sebenarnya sosialisasi terhadap warga di pengungsian sudah dilakukan dari petugas Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara. “Tetapi warga masih trauma, sehingga kami tidak bisa memaksa mereka segera kembali ke rumah masing-masing,” ujarnya, Rabu (25/11).

Lantaran masih bertahan, jelasnya, pengungsi yang berjumlah sekitar 800 jiwa ditempatkan di balai desa dan ruangan TPQ. Masih menurut Catur, setelah gempa terjadi pihaknya bersama dinas terkait melakukan pemeriksaan kondisi tanah di tiga dusun yang ada di Desa Sirukem, yakni Gunung, Krajan dan Sirukem.

“Dari hasil pemeriksaan, tidak ada rekahan tanah. Jadi, sebetulnya kondisi Desa Sirukem sangat aman. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Hanya memang untuk mengembalikan mereka butuh waktu untuk menghilangkan trauma mereka,” ucapnya.

Persiapan untuk pengungsi yang masih bertahan pun dilakukan dengan membuat dapur umum oleh pihak TNI. “Personel TNI telah menyiapkan dapur umum untuk melayani warga yang mengungsi. Kami harap, warga segera pulang ke rumahnya masing-masing,” katanya.

Sebelumnya, sekitar 1.500-an warga Desa Sirukem mengungsi setelah terjadi gempa lokal dengan kekuatan sekitar 2,2 skala richter pada Senin (23/11) sekitar pukul 19.55 WIB. Gempa di kedalaman tiga kilometer yang berada di wilayah Banjarnegara sempat membuat warga panik. Namun desa lain yang berada dekat dengan Desa Sirukem, yakni Desa Kalisat Kidul dan Kertosari di Kecamatan Kalibening, warganya tidak mengungsi.

Menurut Kepala Desa Sirukem, Ratno, warga yang mengungsi trauma dengan peristiwa yang pernah terjadi di Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar. “Secara geografis Desa Surikem berada di wilayah perbukitan sehingga saat gempa disertai dentuman keras membuat warga panik dan segera mengungsi,” ucapnya.

‪Sebelumnya, gempa di Banjarnegara terjadi pada Senin (23/11) hingga tiga kali. Gempa utama dengan kekuatan 2,5 scala richter terjadi sekitar pukul 14.53 WIB, koordinat lokasi di 7.10 LS,109.86 BT atau berada di 36 kilometer timur laut Banjarnegara. Gempa terjadi di kedalaman lima kilometer.

Setelah gempa kedua yang membuat warga Sirukem mengungsi, terjadi gempa susulan kedua berkekuatan 2,3 scala richter terjadi pada Selasa (24/11) dini hari, sekitar pukul 02.19 WIB, berkedalaman sembilan kilometer timur laut Banjarnegara. Kemudian pada Selasa (25/11) siang sekitar pukul 12.00 WIB kembali terjadi gempa bumi. Padahal, saat itu warga sudah bersiap untuk kembali ke rumah masing-masing.

Uwin Chandra

Tinggalkan Balasan