Plawangan Makin Dangkal, Transportasi Kampung Laut Terganggu

Lingkungan, Peristiwa256 Dilihat
 Boating, wisata susur sungai di Kawasan Hutan Mangrove Segara anakan, Cilacap, Jawa Tengah (Ridlo S Balasie/purwokertokita.com)
Boating, wisata susur sungai di Kawasan Hutan Mangrove Segara anakan, Cilacap, Jawa Tengah (Ridlo S Balasie/purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Pendangkalan yang terjadi di Muara Plawangan Barat, kawasan Segara Anakan ke Samudera Hindia semakin parah. Akibatnya, saat air surut banyak kapal nelayan dan angkutan yang kandas di muara yang berdekatan dengan Pulau Nusakambangan ini.

Ketua Forum Warga Kampung Laut, Kustoro mengatakan pendangkalan menyebabkan transportasi warga dari Cilacap ke Kampung Laut, Pangandaran dan Dermaga Majingklak, Ciamis Terganggu. Kata dia, saat air surut, perahu compreng berkapasitas angkut sekira 30 orang kandas di kawasan ini.

“ Ini yang jalur ke Kalipucang, yang di Segara Anakan. Kalau yang disini (Sleko-red) masih normal semua. Itu yang Plawangan Barat, kalau Plawangan Timur masih bisa. Tanker pun masih bisa. Penadngkalannya kompleks kalau di Plawangan Barat,” ujarnya, Senin (11/4).

Kustoro mengungkap gangguan pelayaran tersebut sudah mulai dirasakan sejak 10 tahun lalu. Saat itu, kapal berukuran lebih dari 15 gross ton tak bisa melintas di kawasan ini. Padahal, sebelumnya muara plawangan barat berkedalaman puluhan meter. Namun karena sedimentasi Citanduy di segara anakan menumpuk di Plawangan Barat, pendangkalan semakin cepat.

“Sedimen dibawa oleh sungai yang bermuara di Laguna Segara Anakan. Tapi tidak bisa ke laut karena sedimentasi terbawa gerusan ombak dari laut ke darat, jadi mendangkal,” jelasnya.

Saat ini, kata dia, tidak ada satu pun kapal pemerintah yang melayani transportasi warga. Seluruh kapal dimiliki oleh pihak swasta atau perorangan.

“Sebenarnya perahu compreng ini diambil alih oleh masyarakat itu karena pemerintah sudah tidak mampu lagi menyediakan satu pun armada,” kata Kustoro.

Selain mengganggu transportasi air, pendangkalan muara plawangan barat disinyalir menjadi penyebab seringnya banjir di kawasan hulu, seperti kawasan Kampung Laut, Kawunganten, Gandrungmangu dan Sidareja.

Diketahui, keempat daerah tersebut merupakan wilayah dengan ketinggian permukaan tanah antara nol hingga lima meter di atas permukaan laut (DPL) dan merupakan daerah pasang rob. Saat terjadi hujan di wilayah hulu, air akan menggenang lantaran tak leluasa keluar ke samudera lepas.

Ia meminta pemerintah mengeruk total kawasan plawangan dan Laguna Segara Anakan.

Tinggalkan Balasan