Purwokertokita.com – Sejumlah pengungsi banjir Sidareja Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah di gedung Koramil Sidareja Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, mulai terserang penyakit. Seorang pengungsi asal Dusun Cibenon, Idah, paling banyak diderita adalah penyakit kulit berupa gatal-gatal dan batuk pilek.
“Gatal-gatal dan ruam kulit paling banyak diderita oleh bayi dan balita. Idhah memperkirakan daya tahan anak kecil sudah mulai menurun pada hari ke-7 tinggal di pengungsian,” kata Idah, di Sidareja, Rabu (30/11).
Sedangkan batuk pilek, kata Idhah, diderita hampir merata baik anak-anak maupun orang dewasa. Namun, ia mengatakan diantara 66 jiwa yang tinggal di Aula Koramil tidak ada satu pun yang menderita penyakit serius, termasuk orang lanjut usia. “Kalau yang sakit serius sih tidak ada, Mas. Paling anak-anak gatel kena banjir,” jelasnya.
Idhah menjelaskan, seluruh pengungsi di Koramil adalah warga Cibenon, Desa Sidareja Kecamatan Sidareja. Kata dia, sejak Oktober bulan lalu, ini adalah ketiga kalinya mereka mengungsi karena meluapnya sungai Cibeureum. Bahkan, pada Oktober lalu, mereka mengungsi hingga 11 hari.
“Mengungsinya sih sudah masuk seminggu. Pulang semalam, terus ke sini (pengungsian) lagi. Minggu malam pulang (ke rumah). Baru semalam terus balik lagi ke sini. Kalau sakit (serius) tidak ada. Kalau gatal-gatal ya, namanya juga banjir, Mas. Kalau anak-anak juga tercukupi. Susu disediakan, pampers, pokoknya kebutuhan balita tercukupi,” ujarnya.
Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Gatot Arif Widodo mengatakan banjir yang terjadi sejak Rabu pekan lalu tersebut meluas hingga lima Desa di Kecamatan Sidareja. “Lima desa tersebut yakni, Desa Sidareja, Gunungreja, Sidamulya, Sudagaran dan Tinggarjaya,” jelas Gatot.
Gatot mengklaim, bantuan logistik untuk pengungsi aman. Obat-obatan pun tersedia dengan lengkap. BPBD, kata Gatot, fokus pada kelompok rentan. Antara lain, anak-anak, penderita disabilitas dan lanjut usia.
Gatot menjelaskan BPBD Cilacap mengaplikasikan sistem dapur mandiri. Dalam hal ini, BPBD mengirimkan bahan makanan mentah. Selanjutnya, bahan mentah ini dimasak oleh para pengungsi sendiri. “kita menyediakan bahan mentah. Nanti masyarakat yang masak sendiri. Biar tidak terlalu bosan,” ujarnya.
Namun begitu, Gatot menegaskan, jika pengungsi bertambah banyak dan situasi tidak memungkinkan, BPBD Cilacap akan mendirikan dapur umum yang dikelola oleh para relawan siaga bencana.
“Jika intensitas hujan masih tinggi, ada kemungkinan banjir akan meluas ke kecamatan lain yang lokasinya berada di hilir Cibeureum. Yakni Kecamatan Kedungreja. Untuk itu, pihaknya menyediakan tiga lokasi pengungsian lain jika banjir makin parah,” jelasnya.