Purwokertokita.com – Cuaca buruk dan gelombang tinggi yang terjadi di Laut Selatan Jawa menyebabkan sebagian besar nelayan di Cilacap, Jawa Tengah terpaksa tidak melaut.
Diprediksi gelombang tinggi bakal terjadi hingga Maret dan sebagian April mendatang. Sebab pada bulan-bulan tersebut terjadi angin daya, sebutan mahfum nelayan Cilacap untuk menyebut angin barat.
“Tantangan sekali kalau melaut antara Februari, Maret dan April. Gelombangnya sangat tinggi. Badai, petir, angin, ribut. Di tengah laut apapun bisa terjadi,” kata Kepala Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sentolo Kawat, Pairan, Kamis (18/2).
Kata dia, pada bulan Februari hingga April hampir tiap hari terjadi badai. Nelayan menyebutnya dengan sebutan angin daya. Nelayan hanya berani melaut sejauh lima mil dari bibir pantai sehingga hasil tangkapan menurun.
“Terutama kebanyakan nelayan yang ada di Cilacap itu kan nelayan perahu kecil. Bahaya kalau tetap melaut,” kata
Hal ini, kata Pairan, sangat menyulitkan penghidupan nelayan kecil. Sebab jarang diantara mereka yang memiliki tabungan.
Selain mengganggu perekonomian nelayan kecil, perputaran rupiah di TPI pun menurun drastis. Sebab, jumlah ikan yang masuk ke TPI kontan menurun.
“Dalam kondisi normal TPI Sentolo Kawat menerima lebih dari 100 ton ikan per hari. Namun saat ini jumlah ikan yang masuk ke TPI hanya berkisar antara 15 ton hingga 20 ton,” jelasnya.
Sementara, Kepala Kelompok Analis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pos Pengamatan Cilacap, Teguh Wardoyo mengatakan, gelombang 2,5 meter hingga tiga meter berpotensi terjadi di laut selatan Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Menurut dia, gelombang ini berbahaya untuk perahu berukuran kecil. Apalagi ditambah kecepatan angin yang diprediksi mencapai 15 knot hingga 17 knot.
Teguh mengimbau agar nelayan, wisatawan dan pengguna transportasi laut mewaspadai badai dan gelombang tinggi yang bisa muncul sewaktu-waktu.