Ini Daftar Orang Hilang Karena Ikut Gafatar

Peristiwa188 Dilihat
Polisi melihat ke dalam ruko yang merupakan markas Gafatar Banyumas. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)
Polisi melihat ke dalam ruko yang merupakan markas Gafatar Banyumas. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Setelah PNS RSUD di Kabupaten Banyumas mengundurkan diri dan membawa serta keluarganya pergi keluar pulau Jawa, kini giliran PNS dilingkungan Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah yang dikabarkan pergi dan mengundurkan diri sebagai PNS setelah mengikuti Organisasi Gerakan Fajar Nusantara.

Menurut Wahyu Ekonanto,Kabag Umum Sekretariat DPRD Purbalingga mengatakan jika terdapat dua PNS yang memiliki jabatan struktural di Kabupaten Purbalingga yang hingga kini tak ada kabarnya. Masing-masing bernama Praptono Adi SSTP, yang tercatat sebagai Sekretaris Kelurahan (Seklur) Kembaran Kulon, Kecamatan Purbalingga yang sudah tidak pernah masuk kerja sejak beberapa bulan lalu, serta Widodo Panca Nugraha SSTP yang menjabat Kasubbag Rapat pada Sekretariat DPRD Purbalingga.

“Sedangkan Widodo terakhir bekerja pada pertengahan Desember lalu. Setelah itu dia tak masuk kerja lagi. Telepon genggamnya tak bisa dihubungi,” katanya beberapa waktu lalu.

Menurut dia, perginya Widodo tidak diketahui oleh siapapun, termauk oleh keluarganya sendiri. Bahkan sang istri yang benama Kencana Wulansari ini juga telah melaporkan hilangnya sang suami kepada pihak kepolisian.

“Kami tidak tahu pasti dia ada di mana. Ada macam-macam informasi mengenai hal itu. Tapi kami tidak mau berspekulasi,” jelasnya.

Dari informasi yang didapat sempat beberapa kali rekan Widodo menyebutkan keinginan Widodo yang ingin pindah ke Kalimantan dan mendirikan sebuah perkampungan bersama ormasnya tersebut.

“Dia pernah bercerita ingin mendirikan kampung di Kalimantan bersama rekan rekannya,” kata seorang PNS yang tidak ingin disebutkan namanya

Sementara menurut penjabat Bupati Purbalingga, Budi Wibowo mengatakan pihaknya tengah berusaha mencari keberadaan dua PNS tersebut. Tapi sebelum hilang kontak, Adi sempat mengajukan pengunduran diri sebagai PNS.

“Sebelumnya Adi sudah sempat mengajukan pengunduran diri dari PNS di Pemkab Purbalingga. Namun, jika Widodo menghilang tanpa kabar, sejak 16 Desember 2015,” ucapnya.

Dia mengaku heran dengan hilangnya dua PNS tersebut, apalagi sampai mengundurkan diri sebagai PNS, padahal keduanya satu almamater dengannya dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

“Saya menilai ormas tersebut sudah meresahkan. Harus ada perhatian khusus,” ujarnya.

Gafatar Perlu Diwaspadai

Perginya PNS dilingkungan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah tanpa kabar membuat tanda tanya besar, organisiasi masyarakat (ormas) seperti apa yang bisa membawa orang-orang tersebut pergi dan mengikuti kemauan ormas tersebut.

Bahkan upaya pencarian oleh Pemkab dan Polres Purbalingga sudah dilakukan. Namun, hingga kini belum membuahkan hasil. Diduga, saat ini Widodo sudah berada di Lampung yang disebut-sebut merupakan basis Ormas tersebut.

“Dari keterangan isteri Widodo diperoleh informasi yang bersangkutan sering berkomunikasi dengan seorang bernama Praptono Adi yang disebut-sebut sebagai mantan Ketua ormas di Purbalingga,” kata Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Purbalingga, Satya Giri Podo.

Menurut dia, Praptono Adi yang disebut isteri Widodo merupakan seorang Sekretaris Kelurahan (Seklur) Kembaran Kulon, Kecamatan Purbalingga dan juga tercatat sebagai PNS, tapi dia sudah tidak pernah masuk kerja sejak beberapa bulan lalu.

Selain itu, Widodo juga intens berkomunikasi dengan seorang penjual roti bernama Misrun yang disinyalir menjadi pelopor ormas tersebut di Purbalingga.

Dia menjelaskan, bukan hanya PNS di lingkungan Pemda Purbalingga, seorang perempuan muda bernama Silvinur Fitriani juga diduga telah bergabung dengan ormas tersebut. Hingga kini keberadaan wanita alumni SMA N 1 Purbalingga Tahun 2013 tersebut masih belum diketahui.

Dia mengungkapkan, gerakan ormas ini di Kabupaten Purbalingga cukup sistimatis. Pergerakannya mereka beraliansi dengan kegiatan sosial sehingga perekrutan anggotanya juga tidak mudah terendus. Gerakan ormas yang didirikan di Lampung pada 2011 lalu itu juga terindikasi sudah menyusup ke lingkungan birokrasi, itu dapat dilihat dari banyaknya PNS yang mengundurkan diri dan mulai mengikuti kegiatan ormas tersebut.

Widodo Pergi Setelah Ditelpon

Salah satu PNS Purbalingga, Jawa Tengah Widodo Panca Nugraha yang menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Rapat pada Sekretariat DPRD (Setwan) Purbalingga, diketahui pergi setelah sempat dijemput oleh seseorang dengan menggunakan mobil pada Selasa (15/11) malam saat mengerjakan tugas di Kantor Setwan.

Seorang PNS dilingkungan Setwan yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan jika malam itu penjaga malam DPRD sempat melihat Widodo datang untuk lembur dikantor Setwan sekitar pukul 17.00 WIB. Bahkan saat malam itu Widodo sempat menyuruh penjaga malam untuk membeli makan.

“Saat itu, dia baru makan tiga atau empat sendok lalu mendapat telepon dari seseorang. Nasi bungkusnya diremas dan dia bilang ke penjaga malam akan pergi. Dia menitipkan kunci kendaraan operasional kantor ke penjaga malam,” katanya.

Selanjutnya Widodo keluar dan sebuah mobil sudah menunggu di halaman gedung Setwan dan yang bersangkutan lalu masuk mobil tersebut, sejak saat itu kabarnya tidak terdengar lagi.

“Tapi semua pekerjaannya rapi. Administrasinya rampung semua, aset pemkab yang digunakanya dikembalikan semua,” ujarnya.

Sebelumnya, 2 PNS di Purbalingga, Jawa Tengah, menghilang. Hingga saat ini keberadaan keduanya tak diketahui. Sementara Widodo Panca Nugraha yang bekerja sebagai PNS Setwan Purbalingga tidak berangkat kerja sejak tiga minggu berturut-turut. Warga perumahan Babakan Baru, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga ini diduga bergabung dengan salah satu ormas tertentu.

Polisi Belum Terima Laporan

Dua PNS di Purbalingga, Jawa Tengah, menghilang. Hingga saat ini keberadaan keduanya tak diketahui. Sedangkan pihak Kepolisian Polres Purbalingga hingga saat ini belum menerima laporan dari pihak manapun terkait perginya kedua PNS di Kabupaten Purbalingga.

“Laporan ke polisi belum secara resmi masuk,” kata Kapolres Purbalingga, AKBP Anom Setyadji di Mapolres Purbalingga.

Menurut dia, meskipun belum ada laporan secara resmi masuk ke pihak Kepolisian, namun pihaknya tetap menelusuri kemana perginya orang-orang tersebut.

“Info-info yang kami dapat dan sudah kami kumpulkan ini berdasarkan hasil deteksi, masih terlalu dini untuk kita simpulkan kepergiannya terkait paham ISIS,” ujarnya.

Dia menjelaskan, terkait hasil informasi tersebut pihaknya masih perlu mendalami dan mengkomunikasikan ketingkatan yang lebih tinggi baik ke Polda Jateng maupun Polda-Polda lain.

“Hasil deteksi sementara dia belum ke ISIS, tapi masih berada di wilayah Indonesia. Kemudian paham ini belum terkait langsung dengan ISIS, tapi ada kelompok masyarakat yang menyatakan dirinya kelompok ‘G’ . Tapi kami masih agak sulit mendeteksi karena sekarang yang di Purbalingga sudah bubar,” jelasnya.

Dari hasil analisis pihak Kepolisian Polres Purbalingga dan hasil koordinasi dengan fungsi intelijen lain yang ada di Purbalingga terkait pergerakan ormas tersebut di Kabupaten Purbalingga lebih pada kegiatan keagamaan yang dikaitkan kedengan kegiatan sosial. Namun kegiatannya cenderung membuat resah masyarakat sekitar.

“Terkait kelompok ‘G’ lebih kepada kelompok keagamaan yang dikaitkan juga dengan kegiatan sosial lainnya, namun dibeberapa tempat keanggotaannya mereka ada kecendrungan keluhan-keluhan dari keluarga dan lingkugannya baik tempat kegiatan maupun ditempat masing2 anggota itu berkomunitas, baik itu tetangganya atau lingkungan kantor,” ujarnya.

Rumah Widodo Sepi

Setelah beredarnya kabar menghilangnya salah seorang PNS Purbalingga, Widodo Panca Nugraha yang menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Rapat di Sekertariat DPRD Purbalingga beberapa waktu lalu, kondisi rumah Widodo di Perum Babakan Baru, Kecamatan Kalimanah, Purbalingga sepi ditinggalkan penghuninya, hanya lampu teras yang menyala, tapi tidak terlihat adanya aktifitas di dalam rumah tersebut.

“Sejak beberapa hari tidak kelihatan (Widodo), jika ada tetangga yang tanya, alasan istrinya (Kencana Wulansari) sedang diklat di Bandung. Namun sejak berita hilangnya muncul di media massa, istri dan anaknya menghilang,” kata salah seorang tetangga yang mewanti-wanti ke wartawan untuk tidak disebutkan namanya.

Dia menjelaskan, istri Widodo masih terlihat pada pagi hari, namun menjelang siang dia sudah pergi meninggalkan rumah.

“Tadi pagi masih ada dirumah, tapi tadi menjelang siang sudah pergi, mungkin kerumah mertuanya atau ke Wonosobo yang jelas tidak disini sejak siang,” ujarnya.

Dia menjelaskan, sejak perginya Widodo, pada 16 Desember 2015 lalu sikapnya dilingkungan biasa saja, tapi setelah ramai diberitakan, sikapnya jadi berubah dan cenderung sensitif. “Sikapnya selama ini biasa saja, setelah itu mulai sensitif,” jelasnya.

Dari informasi yang didapat, Istrinya Widodo, Kencana Wulansari telah melaporkan perihal hilangnya suaminya tersebut ke ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Purbalingga pada 26 Desember 2015 lalu.

Sementara Kapolres Purbalingga, AKBP Anom Setyadji saat dikonfirmasi mengatakan hingga saat ini belum menerima laporan dari pihak manapun terkait perginya kedua PNS di Kabupaten Purbalingga.

“Laporan ke polisi belum secara resmi masuk,” katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Widodo Panca Nugraha tidak berangkat ke kantor tiga minggu lebih. Dia disinyalir bergabung dengan salah satu organisasi massa (ormas) tertentu.

Berdasar rumor yang beredar, Widodo beberapa kali mengungkapkan keinginannya untuk pindah ke Kalimantan hendak bersama bersama rekan-rekannya mendirikan kampung salah satu ormas tersebut. Diduga, Widodo saat ini berada di Lampung yang disebut-sebut merupakan basis ormas yang diikutinya.

Sebelumnya, PNS lain, Praptono Adi yang menjabat sebagai Sekretaris Kelurahan Kembaran Kulon, Kecamatan Purbalingga mengundurkan diri dari jabatannya tahun lalu. Diduga kuat dia telah dulu bergabung dengan ormas tersebut dan pernah menjadi ketua untuk wilayah Purbalingga. Keberadaannya bersama keluarganya pun sekarang tidak diketahui.

Pemkab Purbalingga Mengaku Kecolongan

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga mengaku kecolongan dengan hilangnya dua PNS Purbalingga yang hingga kini tak ada kabar beritanya. Seharusnya kejadian seperti itu bisa lebih diwaspadai sedini mungkin, apalagi kedua PNS tersebut merupakan lulusan IPDN yang sudah digembleng masalah kebangsaan, dedikasi dan loyalitas.

“Terus terang saja saya katakan kita ini sudah kecolongan, seharusnya dulu teman-teman ini mewaspadai dan langsung mengambil alih, jadi Kesbangpolinmas bersama Polres dan Kodim bisa langsung mengambil peranan yang lebih aktif mengatasi persoalan itu, sehingga tidak berkembang lebih jauh,” kata Penjabat Bupati Purbalingga, Budi Wibowo.

Berdasarkan penelusuran dan informasi yang diterima, bukan hanya dua PNS dilingkungan Pemerintahan Kabupaten Purbalingga yang menghilang tanpa kabar, masih terdapat beberapa PNS dan masyarakat yang hilang dan tidak diketahui keberadaannya. Oleh karena itu, Bupati berencana akan melakukan pendataan kepada seluruh PNS yang ada di Pemkab Purbalingga termasuk seluruh instansi-instansi di Purbalingga.

“Semua SKPD termasuk instasi BUMN, BUMD, instansi vertikal semua harus melakukan pendataan ulang absensi kepegawaian. Kami akan menerima laporannya,” tegas dia meminta Badan Kepegawaian Daerah (BKD) untuk membuat surat ke instansi-instansi.

Termasuk pihaknya juga secara terpadu dengan lintas intansi akan melakukan pendataan warga Purbalingga yang selama ini tidak melaporkan baik itu birokrat, mahasiswa, pelajar ataupun masyarakat umum.

“Kekhawatiran saya kalau-kalau ada warga kita yang terbawa tapi selama ini tidak melaporkan, Kekhawatiran saya disitu,” jelasnya.

Maka dari itu dia menghimbau kepada seluruh PNS secara keseluruhan agar waspada ke organisasi apapun yang ada, baik itu organisasi keagamaan ataupun organisasi sosial. Apalagi ketika ada sesuatu yang aneh.

“Kalau perlu kita adakan suatu penyelidikan, apa dan mengapa, siapa? Gerakannya apa, tujuannya apa, perilakunya apa, sehingga sedini mungkin kita bisa mengeliminasi potensi yang terjadi,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan