Ini Alasan Gunung Slamet Diserbu Pendaki

Lingkungan, Peristiwa227 Dilihat
Para pendaki berangkat melakukan aktivitas pendakian dari jalur Bambangan Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja Purbalingga. Peningkatan jumlah pendakian mulai terasa sejak awal tahun di Gunung Slamet, terutama dari jalur Bambangan. (Humas Purbalingga)
Para pendaki berangkat melakukan aktivitas pendakian dari jalur Bambangan Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja Purbalingga. Peningkatan jumlah pendakian mulai terasa sejak awal tahun di Gunung Slamet, terutama dari jalur Bambangan. (Humas Purbalingga).

Purwokertokita.com – Hingga bulan Agustus 2016, jumlah pendakian di Gunung Slamet melalui jalur Bambangan Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja Purbalingga mencapai 13.200 orang. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding tahun sebelumnya yang hanya 6.971 orang.

“Kenaikan jumlah pendaki ke Gunung Slamet karena animo wisata minat khusus di kalangan anak muda sedang tren. Selain itu, kondisi status Gunung Slamet yang normal dan cuaca juga bersahabat mendukung pendakian,” kata Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Prayitno, beberapa waktu lalu.

Faktor lain yang ikut mendongkrak kunjungan pendaki untuk memuncaki gunung tertinggi di Jawa Tengah ini, lantaran tiket masuk pendakian masih sangat murah. “Tiket masuk di pendakian Gunung Slamet hanya Rp 5 ribu per orang. Tiket ini terbagi Rp 4 ribu untuk kas daerah Pemkab dan Rp 1.000 untuk operasional SAR jika ada evakuasi pendaki,” lanjutnya.

Prayitno mengungkapkan, saat ini pendapatan yang ditargetkan pada tahun 2016 dari pendakian mencapai Rp 50 juta. Ia mengklaim, tahun 2016 bisa melebih target pendapatan hingga Rp 80 juta. “Sampai tanggal 3 Agustus 2016 sudah bisa terpenuhi Rp 52,8 juta. Pada tahun 2015, target pendapatan Rp 14 juta dan mampu terpenuhi Rp 27.884.000,” katanya.

Prediksi tersebut, berdasar adanya beberapa momen yang ada, seperti perayaan kemerdekaan dan pergantian tahun baru. Ia mengungkapkan, sejak awal bulan Agustus 2016, pendaki terus datang silih berganti. “Mereka kebanyakan berasal dari luar kota, seperti Bandung, Jakarta, Tanggerang dan Bekasi. Hampir jarang dijumpai pendaki lokal dari Purbalingga dan sekitarnya,” ujarnya.

Meski termasuk paling murah, pihaknya berusaha memberikan pelayanan sebaik mungkin. Kendala yang ada di lapangan, menyangkut ketersediaan air bersih untuk keperluan MCK para pendaki dan juga sampah pendakian.

Sementara itu, seorang pendaki asal Bandung, Hafizh Qodarisman mengaku masih menilai wajar biaya yang dikeluarkan untuk mendaki gunung berketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut tersebut.

“Dari harga carteran angkutan kota, kami menilai masih wajar. Sedang tiket masuk ke Gunung Slamet juga sangat terjangkau untuk semua kalangan. Paling utama, pelayanan petugasnya baik. Mereka memberikan peta jalur pendakian, dan arahan soal larangan dan pantangan selama melakukan pendakian,” kata Hafizh.

Petugas di pos pendakian Gunung Slamet jalur Bambangan, Slamet Ardianzah, mengemukakan setiap pendaki yang baru kali pertama naik, diberi arahan mengenai jalur yang dilalui. Ia menambahkan, di sepanjang jalur pendakian dipasang rambu arah yang dibuat SAR bersama relawan.

“Kami ingatkan kepada pendaki agar hanya satu jam saja di puncak, karena kondisinya yang dingin. Selain itu, kami ingatkan pendaki untuk tidak memetik bunga Edelweis dan membawa pulang sampah yang dibawanya,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan