Ganjar Pranowo Libatkan Difabel dalam Perencanaan Pembangunan Jateng

Peristiwa327 Dilihat
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat pemaparan dalam Musrenbang Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jateng tahun 2018-2023 di Magelang, Selasa (23/10). (lhr/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melibatkan komunitas difabel dalam penyusunan rencana pembangunan 2018-2023. Sejumlah permintaan difabel di antaranya kemudahan akses difabel pada fasilitas publik dan peningkatan kuota pegawai.

Didik Sugiyanto, Ketua Komunitas Sahabat Difabel mengatakan, akses untuk difabel pada bangunan pemerintahan dan fasilitas publik harus dipermudah. Ia juga meminta agar program sekolah inklusi dapat diperbanyak di Jawa Tengah.

“Kami juga berharap agar kuota pegawai atau pekerja dari disabilitas baik di tingkat swasta maupun BUMD dapat dilaksanakan. Sebab, selama ini masih ada diskriminasi terhadap calon pegawai difabel,” katanya dalam Musrenbang Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jateng tahun 2018-2023 di Magelang, Selasa (23/10).

Menanggapi hal tersebut, Ganjar meminta seluruh kepala daerah di Jawa Tengah untuk memerhatikan pembangunan gedung dan sarana prasarana umum yang peduli terhadap kaum difabel.

“Jangan ada diskriminasi lagi dalam penerimaan pegawai, harus diperlakukan setara,” tegasnya.

Selain Bupati dan Walikota seluruh Jawa Tengah, Musrenbang juga dihadiri sejumlah instansi swasta, LSM, dan perwakilan tokoh masyarakat.

Dalam paparannya, Ganjar mengatakan, angka kemiskinan Jateng mengalami penurunan signifikan. Per Maret 2018, tercatat 11,32 persen. Dibandingkan Maret 2017 mengalami penurunan 1,69 persen.

“Tidak ada provinsi lain di Indonesia yang berhasil menurunkan kemiskinan sebanyak Jateng,” ujar Ganjar.

Namun, Ganjar menambahkan, angka kemiskinan ini masih terlalu tinggi. Ia menargetkan penurunan menjadi 7,48 persen pada 2023.

“Sejak saya menjabat 2013 lalu sebesar 14,44 persen dan menjadi 11,32 persen di 2018, namun angka ini masih cukup tinggi. Untuk itu kami menargetkan pada lima tahun akan datang turun menjadi 7,48 persen,” kata Ganjar.

Selain angka kemiskinan, Ganjar juga akan fokus dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka pengangguran, dan peningkatan indeks pembangunan manusia.

Ganjar menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Jateng 2018 sebesar 5,27 persen. Capaian tersebut tertinggi dibanding provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Ia menargetkan pertumbuhan ekonomi naik jadi 5,7 persen pada 2023.

Selain itu, angka pengangguran ditarget turun jadi 4 persen dan IPM naik jadi 73 dan target reformasi birokrasi sebesar 83 di tahun 2023.

Menurut Ganjar, untuk mewujudkan itu membutuhkan bantuan semua pihak, khususnya Bupati dan Walikota di seluruh Jawa Tengah. Apalagi kemiskinan di beberapa daerah tergolong tinggi. Misalnya, di Kabupaten Wonosobo sebesar 14,36 persen dan menjadi angka kemiskinan tertinggi di Jateng.

“Semua daerah harus bekerja keras untuk mewujudkan target ini. Semuanya demi Jawa Tengah yang lebih baik,” terangnya.

Selain fokus pada target-target pencapaian lima tahun yang akan datang, Ganjar juga memaparkan sejumlah tantangan yang dihadapi saat ini. Untuk itu, dalam penetapan RPJMD 2018-2023, pihaknya meminta agar tantangan-tantangan itu dapat dipertimbangkan agar tidak menimbulkan masalah.

“Beberapa tantangan itu seperti daya tampung lingkungan, penanggulangan kemiskinan, peningkatan kualitas SDM, persoalan air, persoalan bencana, sampah, adaptasi perubahan iklim, emisi gas rumah kaca dan sebagainya,” tuturnya. (lhr/YS)

Tinggalkan Balasan