Purwokertokita.com – Lahirnya Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 atau yang lebih dikenal dengan UU Desa membawa arus perubahan baru dari desa. Desa-desa saling berlomba menjadi yang terbaik dengan ragam inovasi dan gagasan yang menjadikan desa sebagai subjek pembangunan.
Berbeda dengan desa lainnya, Desa Gumelar, Kecamatan Gumelar, Banyumas memulai arus perubahan ini dengan inovasi BUMDes online. BUMDes online ini menyerupai toko online di internet, produk yang dijual adalah produk UKM hasil karya masyatakat desa.
Menurut Rukun, pengelola BUMDes online Desa Gumelar, pemasaran produk melalui toko online yang dimiliki oleh BUMDes akan meningkatkan kepercayaan konsumen yang hendak membeli produk.
“Tingkat kepercayaan konsumen lebih tinggi, karena toko online ini dibuat oleh BUMDes. Pembeli tidak mungkin ketipu, karena informasi produk kita sampaikan sesuai dengan kondisinya,” ujar Rukun.
BUMDes online Desa Gumelar yang memiliki alamat situs bumdesarles.com , menjadi etalase pemasaran produk kreatif seperti mebeler, tas, jam kayu, dan ragam produk UKM lainnya.
“Saat ini produk-produk yang dijual merupakan produk dari Desa Gumelar dan desa-desa di lingkup Kecamatan Gumelar. Ke depan akan berkembang untuk memasarkan produk-produk dari daerah lain, bekerjasama dengan toko online yang kita miliki,” tambah Rukun.
BUMDes online ini tidak menjadi satu-satunya unit usaha yang dimiliki BUMDes Artha Lestari Desa Gumelar. BUMDes Artha Lestari juga sedang membangun pabrik tepung tapioka.
Pembuatan pabrik ini menjadi upaya memaksimalkan pengembangan tepung tapioka yang selama ini diproduksi oleh masayarakat Gumelar.
“Selama ini tapioka yang diproduksi masyarakat Gumelar masih dalam bentuk kristal, dengan adanya BUMDes ini kita akan membuatnya menjadi tepung tapioka yang siap konsumsi,” ungkap Teguh Rokhani, Direksi BUMDes Artha Lestari.
Selama ini produsen menjual tepung tapioka dalam bentuk kristal yang dikirim ke luar daerah untuk diolah menjadi tepung jadi. Pengembangan tepung tapioka melalui BUMDes diharapkan bisa menjadi jawaban atas persoalan ini.
“Produsen tepung tapioka di Gumelar hanya membuat produk tepung dalam bentuk kristal. Dikirim ke luar daerah, baru diolah jadi produk tepung siap konsumsi. Lalu kenapa tidak kita olah sendiri saja, untuk kita pasarkan sendiri atau bisa diolah lagi untuk membuat produk-produk lain,” tandas Teguh.