Mengenal Gula Nipah Khas Kawunganten

Bisnis, Lingkungan229 Dilihat
Penderes Nipah di bantaran Sungai Cibeureum, Kawunganten, Cilacap. (Foto: Ridlo S Balasie/Purwokertokita.com)
Penderes Nipah di bantaran Sungai Cibeureum, Kawunganten, Cilacap. (Foto: Ridlo S Balasie/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Rasanya manis, layaknya gula kelapa. Jika dikecap lama-lama, rasa asin menyemburat di lidah. Ini yang membuat gula nipah memiliki cita rasa khas dan membedakan gula nipah dengan gula jawa kelapa.

“Ada rasa asin karena wilayah tumbuh nipah ada di kawasan pasang rob air payau,” kata penderes nipah, Mitro di Desa Ujungmanik Kecamatan Kawunganten, Cilacap.

Soal penampakan, warna coklatnya lebih muda bersemu merah. Bentuknya khas gula hasil endapan lewat perebusan 24 jam. Teksturnya keras namun renyah. Saat dikunyah, rasa manis dan asin terasa meledak di lidah.

“Rasanya memang lebih kuta,” ujarnya.

Mitro mengatakan kelebihan gula nipah adalah rasa manis dan asin asli dari gula nipah. Rasa asin ini didapat lantaran nipah yang tumbuh di kawasan mangrove yang memiliki air payau. Kata dia, asin yang ada di gula nipah membuat citarasa gula nipah lebih istimewa.

“Kelebihannya, tingkat manisnya masih manis gula kelapa. Rasa semu asinnya ‘ketera’ atau jelas terasa, asin sedikit. Cuma perbedaannya kalau gula nipah ada perbedaan di niranya,” jelasnya.

Penderes mengembangkan gula nipah untuk menyuplai kebutuhan gula alternatif selain gula pasir dan gula kelapa. Gula ini disuplai untuk memenuhi kebutuhan warga dan pabrik kecap.

Selain rasanya yang berbeda, gula nipah dijual dengan harga lebih murah dibanding gula kelapa. Saat ini harga gula kelapa di tingkat petani berkisar Rp 12 ribu. Sedangkan gula nipah hanya dijual Rp 10 ribu per kilogram.

“Stok pohonnya berlimpah sehingga kami tidak kesulitan untuk memproduksi massal. Kami hanya beradu tenaga dan nyali,” katanya.

Mitro bercerita mulai menderes nipah sejak setahun terakhir setelah penghasilan sebagai nelayan sungai sudah tidak menjanjikan.

“Gula kepala itu niranya kurang. Tapi kalau gula nipah, kerena nipah dekat dengan air payau kadar airnya lebih banyak. Jadi kalau perbandingan sama-sama 10 liter nira kelapa dan nipah, jadi gulanya. Tapi tidak apa-apa, nira nipah juga memang lebih banyak,” ujarnya lagi.

Sementara, Kepala Desa Ujungmanik Kecamatan Kawunganten, Sugeng Budiyatno mengatakan di desanya terdapat seratusan penderes nipah yang aktif. Dalam sepekan, gula nipah yang dihasilkan mencapai empat ton. Para pengepul mengambil gula nipah untuk dikirim ke pabrik kecap.

Sugeng menjelaskan, nipah tumbuh di sepanjang bantaran sungai pasang surut yang ada di Kawunganten. Nipah merupakan tananam endemik yang ada di kawasan hutan mangrove. Ia mengklaim, potensi gula nipah masih bisa ditingkatkan. Sebab hutan nipah masih tersedia ratusan hektar di kawasan laguna segara anakan.

Tinggalkan Balasan