Kungkum Kali, Tradisi Unik Warga Banjarpanepen Jelang Puasa

Ragam249 Dilihat
Warga berdoa bersama sebelum memulai tradisi Kungkung Kali Cawang di Desa Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Senin (30/4) (ns/purwokertokita)

Purwokertokita-com – Setiap tanggal 15 bulan Sya’ban, warga Desa Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas memiliki tradisi unik. Menjelang puasa, mereka berendam di Sungai Cawang yang terletak di jantung desa tersebut.

Sesepuh adat dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Banjarpanepen kembali menghidupkan upacara mandi bersama ini, Senin (30/4) malam. Mereka berkumpul tempuran (percabangan) sungai itu ketika bulan tepat berada di atas kepala.

Selama berendam, warga berdoa lalu diguyur dengan bunga tujuh rupa. Saat mandi bersama itu pula, seluruh lampu penerang dimatikan.

Sesepuh adat Jagabudaya, Lamus (59) mengatakan, tradisi berendam di sungai tersebut sudah dilakukan secara turun temurun. Upacara adat itu sempat berhenti sekitar tahun 1980an.

“Sejak tahun lalu dihidupkan lagi, setiap tanggal 15 bulan Sya’ban atau Sadran masyarakat, tua muda, anak-anak remaja, berkumpul di Kali Cawang untuk berendam bersama,” ujar Lamus.

Dia mengatakan, menurut kepercayaan masyarakat, membersihkan diri di sungai ini bakal mendapat kehidupan yang tenang dan rejeki yang melimpah. Selain itu, ada sebagian yang percaya air sungai ini membawa berkah awet muda.

Warga bermain air di Sungai Cawang, Desa Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh pada tradisi Kungkum Kali, Senin (30/4) (ns/purwokertokita)

Pada masa lalu, tempuran Sungai Cawang ini menjadi tempat bersemedi para pesohor dan penganut kepercayaan kejawen. Mereka mengheningkan cipta untuk memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa.

“Tradisi ini kami kemas dalam bentuk atraksi wisata. Jadi tidak hanya tradisi kungkum kali, warga juga membuat pasar malam yang menyajikan kuliner khas desa, seperti aneka olahan oyek. Area Sungai Cawang pun dihias dengan obor sebagai penerang,” jelas Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Banjarpanepen, Turimin.

Menurut dia, nilai-nilai tradisi tersebut dihidupkan lagi untuk menambah daya tarik desa wisata. Tentunya dikemas dengan beragam acara menarik mulai dari pertunjukan lengger, kidungan, pasar kuliner tradisional dan hiburan kesenian lainnya.

Selain menggarap wisata religi Kali Cawang ini, pegiat Pokdarwis juga mengembangkan situs Watu Jonggol dan Curug Klapa. Jalan menuju air terjun setinggi 15 meter ini saat ini sedang diperbaiki.

“Akses menuju curug masih terjal, jadi harus dibuatkan jalan yang lebih mudah untuk pengunjung. Untuk pembuatan jalan setapak ini kami menghabiskan dana Rp 100 juta dari APBDes,” kata dia.(NS)

Tinggalkan Balasan