Keroncong Serayu, Bukti Musik Keroncong Bukan Hanya Milik Orang Tua

Peristiwa322 Dilihat
Kerontjong Biroe Yogyakarta, salah satu penampil pada pagelaran Keroncong Serayu, Sabtu (11/11) malam. (NS/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Hujan gerimis mengguyur kawasan lembah Sungai Serayu, ketika sebuah panggung dengan penataan yang apik mulai menggelar aksi anak-anak muda yang tergabung dalam Orkes Serayu Camellia dari Banjarnegara.

Mereka meluncurkan tembang langgam dan beberapa lagu cover populer di Pendapa Wedana Purwareja Klampok, Banjarnegara, Sabtu (11/11) malam.

Ratusan penonton yang sudah memenuhi Pendapa, terbius oleh alunan musik keroncong yang mulai dimainkan. Syahdu, begitulah suasana yang tercipta, perpaduan antara gerimis malam hari, permainan lampu, alunan musik keroncong dan kehangatan pengunjung.

Beberapa pengunjung terlihat menyeruput kopi, mata mereka terpukau dengan penampilan para anak muda yang piawai memainkan nada.

Anggun, vokalis Orkes Serayu Camellia, tampil bersama teman-temannya, Opang (cello), Adi (kontra bass), Oriza (tenor cak), Syaiful (cuk), Nahda (violin), Alan (gitar), Satrio (piano), Reno (kendang), Aditya (kajon), Sheila (vokal), Fira (vokal).

“Kami senang diberi kesempatan untuk tampil di sini. Walau belum punya banyak pengalaman, tapi kami jadi banyak belajar dari grup yang sudah senior,” ujar Anggun, saat ditemui di lokasi acara.

Setelah remaja itu tampil, giliran generasi tua, yaitu Orkes Serayu dan Sstem juga dari Banjarnegara ikut menghangatkan suasana. Masih dari Kota Gilar-gilar, Okaba dari SMA Negeri Bawang menggarap kolaborasi keroncong yang ditambah dengan tabuhan kendang.

Semakin malam, penonton semakin terhanyut dengan penampilan orkes yang rata-rata didominasi musikus muda. D’Sixty Nine dari Cilacap, yang baru saja menjadi Juara I Festival Keroncong Muda Pilar Indonesia 2017, di Sekolah Pilar Indonesia, Cibubur, Bogor membawakan empat lagu, istrumental “Bengawan Solo, langgam “Di Tepinya Sungai Serayu”, “Goyang Maumere” dan “Akad” yang dipopulerkan oleh band Payung Teduh.

Di puncak acara, orkes keroncong yang masuk babak final event Soundrenaline, Kerontjong Biroe dari Yogyakarta dan Harmoni Kerontjong Moeda (Purbalingga) menutup perhelatan tersebut hingga tengah malam.

Koordinator event Keroncong Serayu, Novi Ali Nurmansyah mengatakan, event yang memasuki tahun ketiga ini bertujuan untuk mengangkat musik keroncong di kalangan generasi muda.

“Akhir-akhir ini, semakin banyak remaja yang mulai menyukai keroncong. Meskipun aliran musik ini mendapat cap musiknya orang tua,” kata Novi.

Novi mengaku, sengaja menghadirkan grup yang memiliki karakter mulai yang masih memegang pakem sampai kontemporer sebagai referensi bagi pegiat keroncong muda.

“Sekarang grup keroncong anak muda semakin banyak,” tambahnya.

Selain misi mengangkat potensi keroncong di kalangan anak muda, Novi dan teman-temannya yang tergabung dalam Komunitas Keroncong Serayu juga ingin mengangkat potensi Kota Lama Purwareja Klampok.

Di masa lalu, kota ini merupakan salah satu wilayah yang cukup maju. Hal itu terbukti dari adanya bekas bangunan pabrik gula, stasiun dan pusat pemerintahan.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara, Dwi Suryanto yang hadir mewakili Pemerintah Kabupaten Banjarnegara juga mengakui potensi wisata budaya ini.

“Wilayah Purwareja Klampok masih bisa dikemas dengan menarik untuk mengangkat potensi wisata budaya, sejarah dan industri di kawasan ini,” ujarnya. (NS/YS)

Tinggalkan Balasan