Banyumas Miliki Gedung Pelayanan Thalasemia Terbesar di Indonesia

Peristiwa364 Dilihat
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menghibur salah satu penderita thalasemia anak di gedung instalasi pelayanan Thalasemia di RSUD Banyumas, Kamis (19/5). (Uwin Chandra/Purwokertokita.com)
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menghibur salah satu penderita thalasemia anak di gedung instalasi pelayanan Thalasemia di RSUD Banyumas, Kamis (19/5). (Uwin Chandra/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Banyumas saat ini memiliki gedung instalasai pelayanan Thalasemia terbesar di Indonesia. Pengoperasian gedung tersebut diresmikan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bersama Bupati Banyumas, Achmad Husein.

Pembangunan gedung yang menghabiskan dana sekitar Rp 6 miliar dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) provinsi Jawa Tengah tersebut dan Rp 300 juta dari APBD Banyumas, diharapkan bisa memberikan pelayanan kepada seluruh penderita Thalasemia, baik dari luar Banyumas maupun luar Jawa Tengah.

Ketua Yayasan Thalasemia Indonesia, Ruswandi mengemukakan gedung thalassemia yang berada di kawasan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas tersebut merupakan yang terbesar di Indonesia. “Dulu pernah ada di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), tetapi sekarang sudah tidak ada dan ini sepertinya yang terbesar di Indonesia,” katanya, Kamis (19/5).

Ruswandi mengemukakan, saat ini jumlah penderita Thalasemia yang tercatat di Yayasan Thalasemia Indonesia mencapai angka 7.200-an penderita. “Itu yang tercatat, karena yang tidak terdata sepertinya lebih banyak lagi,” ujarnya.

Ia mengemukakan, selama ini penderita Thalasemia membutuhkan transfuse darah minimal sebulan sekali untuk memperbaiki kondisi tubuh. “Sehingga dibutuhkan pelayanan khusus untuk penderita Thalasemia,” ujarnya.

Sementara itu, penderita Thalasemia asal Gombong, Kebumen, Meiliana mengaku sangat terbantu dengan adanya instalasi pelayanan Thalasemia ini. Ia mengaku perlu transfuse darah satu kali dalam tiga minggu.

“Kalau mau transfusi darah di rumah sakit umum, biasanya perlu daftar dulu. Terus kita harus nunggu tiga hari baru bisa transfusi. Kalau sekarang, kita bisa langsung lakukan transfuse tanpa harus menunggu,” jelas perempuan yang menderita thalassemia sejak umur tiga tahun.

Selain itu, sebelum ikut badan pelayanan jaminan kesehatan (BPJS) kesehatan, harus mengeluarkan biaya mencapai Rp 1,5 juta hanya untuk transfusi darah. Sedangkan untuk obat, Meiliana harus membayar sekitar Rp 50 ribu untuk satu butir yang harus diminum enam butir dalam satu hari.

“Sekarang saya hanya bayar Rp 25 ribu per bulan dan jauh lebih ringan. Tempatnya juga lebih enak dan pelayanannya lebih cepat,” ucapnya.

Kantong Darah

Sementara itu, Direktur RSUD Banyumas AR Siswanto mengemukakan instalasi pelayanan Thalasemia tersebut sudah memadai dengan tersedianya 30 tempat tidur. Selain itu, untuk kebutuhan kantong darah sudah terintegrasi dengan Palang Merah Indonesia.

“Sehingga pasien tak perlu menunggu lama, cukup sehari sudah bisa transfusi. Untuk saat ini, butuh sekitar seribu kantong darah bagi penderita Thalasemia di sini,” jelasnya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat meresmikan gedung instalasi Thalasemia tersebut berharap, fungsional gedung bisa dimaksimalkan hingga 30 tahun mendatang. “Jangan menolak pasien yang berasal dari luar Banyumas dan juga dari luar Jawa Tengah,” ucap Ganjar.

Tinggalkan Balasan