Buruh Purbalingga Pakai Kebaya, untuk Apa?

Peristiwa234 Dilihat
Buruh plasma bulu mata palsu di Desa Pengedegan Kecamatan Pengadegan Purbalingga sedang membuat bulu mata di rumahnya, Senin (25/11). Dalam sehari mereka harus menyelesaikan 14 pasang bulu mata dengan upah Rp 13 ribu. Total di purbalingga ada 44 ribu buruh dengan jaminan kerja rendah dan tak ada kebebasan berserikat. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)
Buruh plasma bulu mata palsu di Desa Pengedegan Kecamatan Pengadegan Purbalingga sedang membuat bulu mata di rumahnya, Senin (25/11). Dalam sehari mereka harus menyelesaikan 14 pasang bulu mata dengan upah Rp 13 ribu. Total di purbalingga ada 44 ribu buruh dengan jaminan kerja rendah dan tak ada kebebasan berserikat. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Sekitar 10 ribu buruh pabrik bulu mata dan rambut palsu Purbalingga direncanakan akan memakai kebaya untuk memperingati hari Kartini besok. Berbeda dengan sembilan perempuan Kendeng yang melakukan aksi untuk menyelamatkan lingkungan, 10 ribu buruh perempuan ini memakai kebaya untuk memecahkan MURI. Netizen menanggapi beragam aksi ini.

“Apa kalau memperingati Hari Kartini harus dandan ala Kartini? Semakin tidak mengerti. Bahkan membaca sejarah lengkap Raden Ajeng Kartini beserta analisis dari ahli sejarah saja belum khatam atau malah belum pernah,” tulis Ratna Farida Mansur dalam akun media sosialnya, Rabu (20/4).

Tanggapan lainnya datang dari Indaru S Nurprojo, Dosen Fisip Unsoed yang asli Purbalingga. “Saya melihat bukanhanya salon dan tempat rias yang ramai. Namun juga toko di barat Bulog yang cukup ramai berjejer pembeli kebaya,” katanya.

Kerepotan mendapatkan kebaya juga dialami oleh Erry Andini. “Semalam ketemu nenek-nenek lagi bingung cari sewaan baju karena cucunya nangis tidak kebagian sewa kebaya. Minimal keluar Rp 100 ribu untuk sewa baju. Ada lagi teman saya punya anak 3 perempuan semua, kalau tidak dapat sewa disuruh tidak berangkat saja,” katanya.

Panitia penyelenggara, Hanung Wikantono mengatakan, buruh yang memakai kebaya tetap melaksanakan tugasnya masing-masing. Rutinitas pekerjaan tetap jalan dan tanpa mengurangi produktivitasnya. “Sejumlah manajemen pabrik yang telah menyatakan buruhnya memakai kebaya antara lain PT Royal Korindah, Indokores Sahabat, Hyup Sung, dan satu pabrik masih menunggu konfirmasi yakni PT Boyang Industrial,” kata Hanung yang dihubungi, Selasa (19/4) petang.

Dikatakan Hanung, peringatan hari kartini yang melibatkan buruh pabrik ini bukan untuk mencari sensasi. Peringatan ini untuk menanamkan semangat perjuangan RA Kartini yang kini mulai dilupakan kaum wanita. Peringatan hari Kartini pada tahun ini diharapkan meresap kepada seluruh kaum wanita di Purbalingga, termasuk para buruh pabrik rambut yang memproduksi bulu mata palsu dan wig.

“Peringatan hari lahirnya Kartini ini sebagai bentuk penghormatan atas wujud perjuangan kaum perempuan, simbol persamaan gender, dan emansipasi wanita. Kartini ada sebagai pahlawan, bukan dengan tindakan kekerasan, tapi tetap radikal, demi memperjuangkan kebenaran yang dipercayainya,” ujar Hanung Wikantono yang juga kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Purbalingga.

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah raga Subeno menambahkan, selain kegiatan buruh pabrik yang mengenakan pakaian kebaya, pada hari Rabu (20/4) ini juga diadakan Lomba Memasak Nasi Goreng antar Kepala SKPD dan Forkompinda di Pendapa Dipokusumo. Pesertanya 70 orang termasuk Bupati Purbalingga Tasdi.

Puncak acara akan dilangsungkan pada Kamis (21/4) berupa upacara peringatan di Alun Alun Purbalingga. Para peserta akan memakai pakaian nasional kain dan kebaya. Selain peserta upacara, para PNS pada hari tersebut juga mengenakan kain kebaya “Tujuannya bukan untuk fashion semata. Tetapi lebih pada upaya menghargai dan mengingat kembali betapa beratnya perjuangan perempuan di masa Raden Ajeng Kartini,” kata Subeno.

Tinggalkan Balasan