Purwokertokita.com – Secara manusiawai, kecenderungan orang itu minta dihormati. Padahal, secara esensi sejatinya kita yang harus memulai menghormati dan menghargai diri sendiri. Kalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, maka jangan berharap pada orang lain untuk menghargai atau menghormati kita.
Dinukil dari maqolah Syeikh Abu Madyan, KH Zuhrul Anam Hisyam memberikan tiga rumusan agar kita menghargai diri sendiri. Pertama, idza jalasta ahlal ‘ilmi fahfadz lisanaka. Kedua, waidza jalasta ahlallah fahfadz qolbaka. Ketiga, waidza jalasta ahla ad dunya, fahfadz libasaka.
“Ketika berkumpul dengan orang berilmu, jagalah lisanmu. Artinya, jangan banyak bicara, karena sedikit saja salah bicara kita sama saja pamer kebodohan. Kelihatannya sederhana, tapi praktiknya sulit,” kata Gus Anam.
“Ketika berkumpul dengan orang-orang yang dekat dengan Allah (kekasih-Nya), jagalah hatimu. Artinya, jagalah hati untuk senantiasa berfikir baik, positif, khusnudzon. Kualitas hati kita akan mencerminkan siapa kita,” katanya lagi.
Ahlulloh, menurut Gus Anam adalah mereka-mereka yang terpilih. Mereka yang melihat sesuatu tidak hanya dengan mata lahir, tetapi juga mata batin. Merekalah para kekasih Allah yang bisa tahu krenteg hati seseorang, tanpa orang tersebut melahirkannya dalam ucapan.
“Ketiga, ketika berkumpul dengan ahli dunia (maksudnya yang urusan dunia), maka jagalah pakaianmu. Artinya kita juga harus menghormati diri termasuk dari pakaian, atau apa yang melekat pada diri kita,” kata Gus Anam yang juga Pengasuh Ponpes At Taujieh 2, Leler, Randegan, Banyumas.
Anda juga barangkali pernah mendengar filosofi Jawa: ajining diri soko lathi, ajining sariro soko busono. Semoga, Ngaji Jumat ini semakin memantapkan kita menjadi pribadi unggul. Pandai menghormati diri, menuntut diri sendiri, bukan mencari kelemahan orang lain. Karena kebaikan itu dimulai dari diri sendiri. Wallahu a’lam bi as showab.