Begini Sejarah Terbentuknya Organisasi Gafatar

Peristiwa246 Dilihat
Polisi melihat markas Gafatar Banyumas di Sokaraja. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)
Polisi melihat markas Gafatar Banyumas di Sokaraja. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) terus menuai kontroversi karena banyak orang hilang setelah mengikuti organisasi tersebut. Bahkan menurut pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan, Gafatar merupakan hasil evolusi dari Lembaga Kerosulan, Isa Bugis, dan NII.

Menurut dia, jika melihat kebelakang, permulaan ketika munculnya Gafatar ada beberapa sejarah, dahulu ada beberapa organisasi sebelum munculnya NII KW 9. Di antaranya ada lembaga kerosulan, Isa Bugis yang dicampur menjadi satu yakni NII KW 9 pimpinan Panji Gumilang.

“Itu perpaduan organisasi menjadi satu, tidak ada sholat, dimana yang mengaku rosul itu boleh meninggal dan jabatannya tetep berlangsung seperti misalnya lurah. Itu dilaksanakan oleh Panji Gumilang, termasuk Ahmad Musadeq itu satu angkatan,” kata Ken Setiawan, beberapa waktu lalu.

Menurut dia, saat itu ketika melihat Panji Gumilang memanfaatkan wewenang, Ahmad musadeq kemudian menyingkir dan tidak mau bergabung dengan Panji Gumilang, lalu Ahmad Musadeq mendirikan gerakan bernama Al Qiyadah Al Islamiyah. Di dalam aliran itu, Musadeq mengaku sebagai nabi baru.

Namun gerakan ini tidak bertahan lama. Pihak kepolisian segera menangkap Ahmad Musadeq dengan tuduhan penistaan agama dan divonis 2,5 tahun penjara.

Setelah keluar dari penjara, Musadeq meninggalkan Al Qiyadah Al Islamiyah dan mendirikan perkumpulan baru dengan nama Komar (Komunitas Millah Abraham). Komunitas itu menggabungkan tiga konsep ajaran agama menjadi satu yaitu Islam, Nasrani dan Yahudi.

“Komar ajarannya sama tapi beda nama dengan Al Qiyadah Al Islamiyah, Komar juga dapat penolakan dari masyarakat. Orangnya sama, ajaran sama hanya beda nama,” ujarnya.

Setelah itu, mereka buat baru namanya Gafatar yang belajar dari pengalaman Al Qiyadah Al Islamiyah, NII, Panji Gumilang dan Komar yang mendapatkan penolakan, ternyata dengan mendirikan Gafatar mereka berhasil. Dengan kedok organisasi masyarakat yang bergerak di bidang sosial. Ormas bikinannya ternyata mampu menarik simpati anak muda.

“Ternyata cukup efektif, banyak masyarakat simpati dan tertarik untuk ikut bergabung dengan Gafatar ini, sehingga baru 1 bulan berdiri, Gafatar sudah ada di seluruh Indonesia, kemudian mereka mendeklarasikan diri pada 2012,” ungkapnya.

Seperti simbol Gafatar yaitu matahari yang mempunyai arti fajar sidiq, jadi sudah saatnya mereka muncul di permukaan dan tidak perlu bergerak secara underground lagi. Sehingga kegiatan sosial yang dilakukan mereka Itu kamuflase, mereka butuh opini publik, cari mencari simpati masyarakat.

“Jadi mereka itu dakwah, dakwah itu seperti kampanye, mencari simpati masyarakat, meninggalkan metode yang underground tadi, underground mereka begitu tersiksa, harus hati-hati mengajak korban. Dengan organisasi lebih mudah, konsepnya, visi misinya jelas dan anak muda pasti tertarik, apalagi yang sudah biasa berorganisasi,” ujarnya.

Dia menjelaskan, Gafatar muncul dengan memanfaatkan demokrasi sebagai kebebasan untuk membuat kegiatan-kegiatan yang sifatnya legal, seperti bakti sosial, kerjasama dengan Kodim, Polres dan Kesbang serta tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap punya potensi untuk memberi pengaruh.

“Setiap Kegiatannya selalu menggandeng pemerintah setempat, lalu difoto, setelah itu dimasukkan ke majalahnya, jadi seolah-olah mereka sudah disuport oleh pemerintah dan dianggap legal, biasanya didaerah mereka langsung menghadap Gubernur, Kepolda, mereka sibuk dengan audensi jadi memang secara organisasi mereka orang-orang yang hebat dalam hal lobi,” ujarnya.

Tapi di balik kegiatan itu semua, ternyata Gafatar mempunyai program yang menyimpang. “Dengan sugesti bahwa hukum di Indonesia kacau, tidak berlandaskan Islam, maling ayam dihukum berat, koruptor di hukum ringan. Dengan itu mereka mengajak anak muda, ini lho wadahnya perubahan yaitu Gafatar,” katanya.

Gafatar ini sebenarnya mengcopy paste kegiatan NII yang diikuti Panji Gumilng, dulu ada namanya MIM (Masyarakat Indonesia Membangun), sama persis kegiatan sosial yang dilakukan MIM, lalu MIM dititup dan munculah Gafatar ini.

“Gafatar ini ajarannya lebih komplit, jadi ada lembaga kerosulan, ada isa bugis dikomparasi menjadi satu yaitu NII dan dikomparasi lagi dari islam, nasrani, yahudi, tambah komplit,” ujarnya.

Dia juga menghimbau agar masyarakat lebih memahami ajaran agama agar tidak tergoda dengan ajakan-ajaran aliran tertentu.

Program Gafatar Menyimpang

Organisasi Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara) eksis dan berkembang cukup cepat diseluruh Indonesia, dengan mencari simpati masyarakat melalui kegiatan-kegiatan sosial yang sifatnya membantu pemerintah. Tapi dibalik itu semua, Gafatar mempunyai program yang menyimpang.

“Dengan sugesti bahwa hukum di Indonesia kacau, tidak berlandaskan Islam, maling ayam dihukum berat, koruptor di hukum ringan. Dengan itu mereka mengajak anak muda, ini lho wadahnya perubahan yaitu Gafatar,” katanya.

Menurut dia, Gafatar ini cukup eksis lantaran tidak pernah merespon suara-suara miring dari masyarakat, mereka terus berkarya, seperti melakukan kerja bakti, donor darah, pelatihan, bimbel gratis yang sifatnya program membatu pemerintah dengan kegiatan positif.

“Ini yang membuat pemerintah agak kecolongan,” ujar Ken yang juga pendiri Republik Ngapak.

Dia mengungkapkan, Gafatar tidak bedanya dengan NII, namun Gafatar ajarannya lebih lengkap, karena semua konsep menjadi satu kesatuan seperti ada Lembaga Kerosulan, ada Isa Bugis yang dikomparasi menjadi satu yaitu NII dan dikomparasi lagi dari Islam, Nasrani, Yahudi, tambah komplit.

“Gafatar menggunakan konsep militan, orang tidak akan bisa militan jika tidak punya musuh, jadi mereka menanamkan kepada orang yang bergabung bahwa kita punya musuh namanya RI, dan harus merubah RI lebih baik dengan cara mereka,” ujarnya.

Dia mengatakan, sebuah organisasi biasa itu tidak mungkin akan mensejahterakan masyarakat Indonesia, organisasi merupakan perkumpulan dan sebagai alat pemersatu. Sedangkan untuk mensejahterakan masyarakat ini sudah porsinya negara dan bagi konsep mereka untuk merubah system harus dengan sistem tidak bisa dengan organisasi.

“Sebenrnya bukan tidak mengakui RI, tapi lebih pada kekecewaan terhadap kondisi hari ini. Mereka ingin merubah dengan cara mereka dan mereka militan,” ungkapnya.

Pola Perkrutan Gafatar

Pola perekrutan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sama seperti pola perekrutan Negara Islam Indonesia (NII). Mereka menyasar orang-orang terdekat atau orang-orang yang baru dikenal melalui komunikasi yang intens dan menggunakan metode menjatuhkan dialog lawan.

“Sama dengan NII, jadi mereka adalah orang-orang terdekat atau orang yang baru dikenal tapi komunikasinya intens, kerena mereka memang ahli-ahli presentasi luar biasa, ahli multilevel, tapi ini produknya hukum tuhan bukan produk barang,” katanya.

Menurut dia, siapapun orangnya bisa direkrut, apa itu pejabat atau orang yang pernah didik tentang wawasan kebangsaan seperti PNS. Jadi pendekatannya tidak serta merta langsung pada ideologi, kadang orang pasti punya masalah dengan keluarga, mereka masuk dengan motivasi, setelah target nyaman baru didekati.

“Biasanya 1 target 5 perekrut, jadi misal korbannya suka fotografi, kita hadirkan orang yang suka fotografi, ngumpulnya nyaman lalu nanti sedikit-sedikit dimasukin ideologi. Kalau targetnya laki-laki, yang merekrut ya perempuan cantik, targetnya perempuan ya yang merekrut laki-laki ganteng, korbannya mahasiswa ya yang merekrut kuliah negeri. Jadi selalu secara level lebih tinggi. Padahal ya dia tidak kuliah,” ungkapnya.

Biasanya, lanjut Ken, selain secara level lebih tinggi, mereka juga selalu menggunakan metode menjatuhkan dialog lawan, jadi dialog yang disesuaikan dengan yang mereka jalani karena mereka bukan hanya berasal dari Islam, namun ada Nasrani, Hindu dan Budha. “Tapi sebenernya lebih kepada wawasan kebangsaan, bukan kepada agama,” ujarnya.

Dia menjelaskan, meskipun mereka bukan hanya beragama muslim, tapi semua sama lebih kepada wawasan kebangsaan. Dia mencontohkan wawasan kebangsaan dengan hukum tuhan.

“Di Indonesia ada toko yang menjual miras, kalau dijual umum berarti pabriknya dilegalkan oleh pemerintah, pemerintah berarti tidak sesuai dengan hukum tuhan, melawan hukum tuhan berati dalam konsep agama Islam pemerintah adalah jahiliah, pemerintah menggunakan hukum yang melawan hukum tuhan,” ujar dia mencontohkan saat menjatuhkan dialog lawan.

Jadi, dia mengatakan, sugesti yang diterima target, bahwa disana nantinya mereka akan belajar hukum tuhan, ketika belajar hukum tuhan mereka akan berharap bisa untuk memberikan manfaat luas bagi masyarakat Indonesia dengan cara mereka.

Tinggalkan Balasan