Seratusan Fotografer Ramaikan Workshop Fotografi Potraiture di Depo Pelita

Ragam211 Dilihat
Peserta workhsop photography potraiture bersiap melakukan hunting di sekitar Anthurium Cafe, Depo Pelita Sokaraja, Sabtu (12/12). Acara ini digelar atas kerja sama Samsung NX dengan Depo Pelita. (Dokumen/Purwokertokita.com)
Peserta workhsop photography potraiture bersiap melakukan hunting di sekitar Anthurium Cafe, Depo Pelita Sokaraja, Sabtu (12/12). Acara ini digelar atas kerja sama Samsung NX dengan Depo Pelita.
(Dokumen/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Seratusan lebih fotografer Purwokerto dan sekitarnya, antusias mengikuti Workshop Photography Potraiture yang digelar di Anthurium Cafe Depo Pelita, Sokaraja, Sabtu (21/12). Acara yang digelar Samsung NX bekerja sama dengan Depo Pelita ini, mengundang fotografer profesional asal Jakarta, Johan Kartakusuma sebagai pemateri workhosp.

Dalam pemaparannya, Johan mempresentasikan teori mix light, yakni teknik penggabungan antara available light atau cahaya ruang yang sudah ada dengan artificial light atau cahaya tambahan. “Nah, ini jadinya mix light. Dalam hal ini, kita berusaha mendapat backgorund yang bagus dan diisi dengan fill in, atau dalam istilah fotografi adalah mengisi cahaya karena si objek menentang matahari supaya tidak terjadi siluet,” katanya.

Teori yang disampaikan dalam diskusi tersebut disimulasikan dengan menggunakan tiga model yang disediakan panitia. Ia mengatakan, dalam workhsop kali ini memang menampilkan bidang fotografi potraiture. Menariknya, dalam workshop ini tidak semua peserta paham tentang potraiture fotografi.

“Pengertian potraiture sendiri (mereka masih ada yang) salah. (Ada yang bertanya) kenapa motretnya tuh, teorinya kok di outdoor? Loh (foto) potraiture itu selama ada unsur manusianya maka disebut potraiture. Lah kalau saya potret foto modelnya di outdoor apa itu bukan portraiture? Ya itu tetap portraiture. Itulah doktrin atau dogma yang salah diturunkan ditularkan turun temurun, jadinya semua orang nggak tahu kayak apa sih,” katanya.

Karena itulah, Johan menilai menjadi tugas fotografer yang menjadi pemateri untuk mengubah semua persepsi tersebut. “Karena kita seharusnya belajar dari sesuatu yang benar bukan yang salah,” katanya.

Acara yang dimulai sekitar pukul 10.00 WIB ini, tidak hanya melulu tentang penyampaian materi. Workshop diaplikasikan dengan pemotretan model yang ada dan juga dilombakan. Selama sesi tersebut, Johan memantau peserta yang melakukan pemotretan tersebut.

Ia mengemukakan, selama ini ada kebiasaan kalau membuat seminar fotografi hanya berupa hunting bareng. “Peserta ditarikan uang biaya pendaftaran dan kemudian mereka dilepas begitu saja. Seperti tadi ada yang tanya, ‘Nanti kita dilepas begitu saja?’ Saya jawab, tidak. Saya tetap mendampingi sampai bagaimana mereka motretnya bagus. Makanya, tadi kalau lihat hasilnya sudah ada beberapa yang nggak biasa dan memang sudah di luar mainstream-nya,” ucapnya.

Ia juga menilai, acara yang digelar tersebut cukup bagus karena semuanya gratis dari sponsor dan terobosan yang menarik di luar kebiasaan.

Panitia kegiatan, Baldy mengemukakan setidaknya ada 100 lebih peserta yang hadir dalam workshop kali ini. Ia berharap dengan kegiatan seperti ini bisa menambah referensi pengetahuan tentang dunia fotografi. “Kami berharap, fotografer di Purwokerto dan sekitarnya bisa memahami teori potraiture fotografi dan juga teknik lighting yang disampaikan,” ucapnya.

Setelah workshop, panitia menggelar lomba kepada peserta. Dari masing-masing peserta, panitia mendapatkan satu karya foto dari hasil hunting untuk dinilai oleh Johan Kartakusuma. Tiga karya terbaik dipilih dalam lomba tersebut, yakni Juara pertama diraih Anggit Wirasto, kemudian juara kedua Tegas Panggalih dan juara ketiga Ardi Pratikno.

Untuk juara I mendapat hadiah Rp 1 juta, juara kedua Rp 750 ribu dan juara ketiga Rp 500 ribu. Berikut karya fotografer pemenang dalam lomba fotografi:

Juara I Lomba Potraiture Photography

Karya: Anggit Wirasto

Juara 1 Anggit1

Ulasan juri: Foto ini memiliki fill in, walaupun power-nya dari flash tak besar. Tetapi yang menarik dari pemenang pertama adalah membuat background-nya mendukung si objek dengan lampu-lampu dan membentuk perspektif.

 

Juara II Lomba Potraiture Photography

Karya: Tegas Panggalih

Juara 2 Tegas Panggalih1

Ulasan juri: Foto ini yang kita nilai adalah high key, didominasi dengan kekuatan cahaya yang terang. Bahkan, cenderung over exposure atau kelebihan cahaya. Tetapi, tidak mengurangi nilai estetikanya. Pencahayaan di muka si objek tidak hilang, tidak serta merta jadi over exposure.

 

Juara III Potraiture Photography

Ardi Pratikno

Juara 3 Ardi Pratikno1

Ulasan Juri:  Dalam teknik pencahayaan side lighting, juri menilainya menjadi hidup. Pada saat fotografer memutuskan untuk menggunakan teknik sidelighting, tentunya harus dipisah dari kameranya. Sehingga, fill in atau cahaya tambahan tidak menyatu dari arah kamera. Otomatis, ada orang lain yang memegangi lampu yang diarahkan ke objek.

 

Advetorial

Tinggalkan Balasan