Gumelem Ethnic Carnival “Sihir” Bule Italia

Lingkungan, Wisata456 Dilihat
Salah satu pertunjukan di Gumelem Ethnic Carnival 2015 di Desa Gumelem Banjarnegara, Sabtu (28/11) malam. (Istimewa/Purwokertokita.com)
Salah satu pertunjukan di Gumelem Ethnic Carnival 2015 di Desa Gumelem Banjarnegara, Sabtu (28/11) malam.
(Istimewa/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Eksperimen pertunjukan seni di pedesaan yang dikemas dalam ajang Gumelem Ethnic Carnival pada Sabtu-Minggu (28-29/11) di Desa Gumelem Banjarnegara mendapat apresiasi masyarakat luas.

Bahkan, penontonnya tak hanya datang dari seputaran lokal banyumasan saja, namun juga luar kota seperti dari Yogyakarta, Surabaya hingga luar negeri juga ikut menikmatinya diantara rintik hujan yang turun.

Desa Gumelem yang selama ini dikenal dengan produk batik tulisnya di wilayah barat Banjarnegara, disulap menjadi desa seni yang hidup seutuhnya. Tengok saja pertunjukan bertajuk “Jazz Hujan” yang menampilkan musisi jazz dari beberapa kota, mampu menyihir penontonnya. Pun juga pertunjukan lengger lanang yang unik dan jenaka menjadi pertunjukan khas antara etnik dan modern dalam gelaran tersebut.

Tak heran, jika salah satu bule yang meluangkan waktu ke Gumelem Ethnic Carnival “tersihir” dengan gelaran yang kali pertama dilaksanakan di Desa Gumelem. “Even ini sangat menarik, karena saya tak pernah melihat seperti ini di desa. Saya dapat melihat budaya, fesyen show, tari lengger, ini sangat menarik dan unik,” kata bule asal Italia,  Chantal, Sabtu (28/11) malam.

Menurut Ketua Panitia Gumelem Ethnic Carnival, Budhi Hermanto kemasan acara kesenian yang menggabungkan unsur etnik dan modern ini sengaja kali pertama dicoba di desa tersebut. Ia menilai banyak seni budaya tradisi di Desa Gumelem yang harus diangkat dan diperkenalkan ke masyarakat luas.

Ia mengemukakan, kolaborasi seni dalam Gumelem Ethnic Carnival memang sengaja dilakukan untuk daya tarik pengunjung. Lebih lanjut, ia mengemukakan, pilihan musik jazz yang dipertunjukan kepada masyarakat di acara ini juga diharapkan bisa mengurangi eksklusivitas aliran musik yang identik dengan kelas atas ini.

“Untuk kami dan musisi, ingin memperkenalkan musik jazz itu bukan musik ekslusif yang dinikmati kalangan tertentu saja. Namun juga dapat dinikmati masyarakat di pelosok desa seperti di (Desa) Gumelem ini,” ujarnya.

Masih menurut Budhi, tingginya animo masyarakat dalam even ini diharapkan bisa mengangkat potensi budaya yang dimiliki Desa Gumelem dan menjadikannya sebagai daya tarik wisata di Banjarnegara dan Jawa Tengah.

Selain lengger lanang, fesyen show batik dan pertunjukan musik jazz, ditampilkan pula kesenian tradisi tari ujungan serta budaya batik khas Gumelem yang diharapkan mampu dikenal lebih luas di kalangan masyarakat.

Uwin Chandra

Tinggalkan Balasan