Purwokertokita.com – Pendakian di Gunung Slamet diperkirakan bakal mencapai puncaknya pada malam pergantian tahun. Hal ini berkaca pada pendakian pada saat liburan Natal pekan kemarin.
“Di jalur pendakian Bambangan Purbalingga sampai ada kemacetan manusia,” kata Dian Hamdani, pendaki asal Purwokerto, Selasa (29/12).
Ia mengatakan, pada libur Natal kemarin, pendaki yang naik gunung tertinggi di Jawa Tengah itu mencapai 2.800 orang. Artinya, setiap satu meter ada dua pendaki.
Dian mengatakan, sering terjadi kemacetan di jalur pendakian ini. “Wah sudah seperti mall saja. Bahkan untuk mendirikan tenda saja susah karena penuh pendaki,” katanya.
Apris Nur Rakhmadani, pegiat Banyumas Biodiversity Society mengatakan, berbeda dari tahun sebelumnya, kini di jalur pendakian Gunung Slamet juga berlimpah warung makanan. “Ada yang jualan nasi uduk, nasi kuning, nasi goreng dan minuman hangat,” katanya.
Ia mengatakan, untuk mendaki Gunung Slamet sedikitnya harus menyiapkan uang Rp 25 ribu. Uang tersebut untuk membayar retribusi dan parkir.
Firman Winata, pengelola pendakian Gunung Slamet mengatakan, untuk malam pergantian tahun pendaki akan dibatasi sebanyak 250 orang. Nantinya peserta akan dibekali kantong plastik untuk membawa sampah yang tercecer di gunung. “Gunung Slamet sudah lama ditutup untuk pendakian, jadi banyak peserta yang rindu untuk mendaki Gunung Slamet,” katanya.
Firman mengatakan, wisata minat khusus berupa pendakian ke Gunung Slamet melalui jalur Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga belakangan menjadi kegiatan yang banyak diminati. Pelaku pendakian tidak hanya berasal dari kalangan penggiat alam saja, tetapi kalangan masyarakat luas dari berbagai usia dan kota di Indonesia.
“Namun, tidak bisa dipungkiri efek dari kegiatan pendakian adanya sampah yang ditinggalkan di sepanjang jalur pendakian. Berlatar belakang ini maka kami bersama Dinbudparpora akan menggelar kegiatan pendakian bersama danbersih Gunung Slamet,” kata Firman.
Kepala Dinas Pariwisata Purbalingga Subeno mengatakan sejak Gunung Slamet dinyatakan normal dan boleh untuk pendakian pada 8 September 2014, animo para pendaki sangat tinggi. Hingga tanggal 10 nopember 2015, sudah tercatat ada 4.750 pendaki. “Sementara dari sisi retribusi, target pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipastikan terpenuhi, bahkan melebihi target yang ditetapkan Rp 14 juta,” katanya.