Mau Boikot Minyak Sawit? Yuk Belajar ke Para Ibu di Cilacap

Lingkungan, Ragam244 Dilihat
Kopra kelapa ini menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan minyak sawit. (Ridlo Susanto/Purwokertokita.com)
Kopra kelapa ini menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan minyak sawit.
(Ridlo Susanto/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap di Indonesia, disinyalir dilakukan cukong-cukong perusahaan besar yang ingin membuka lahan perkebunan sawit di kawasan hutan. Tak heran, jika banyak kalangan masyarakat dan aktivis lingkungan menyerukan boikot penggunan minyak sawit agar hutan tetap lestari.

Nah di saat gerakan boikot minyak sawit dikampanyekan, ternyata para ibu di Cilacap, Jawa Tengah ini sudah duluan tidak lagi bergantung pada minyak sawit. Mereka, membuat sendiri minyak goreng berbahan baku kelapa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

“Bahkan sudah ada juga yang dijual,” ungkap Ketua Forum Warga Perempuan Sidamukti, Mustakinah, Selasa (27/10).

Bekas buruh migran Hongkong ini mengatakan mereka membuat minyak kelapa untuk mencukupi kebutuhan keluarga, sekaligus memutus ketergantungan terhadap minyak sawit komersial.

Kata dia, pada awalnya minyak kelapa hanya digunakan sendiri. Lantaran banyak permintaan, kelompok ini mulai memproduksi dalam skala lebih besar untuk diperjualbelikan.

“Per liternya memang lebih mahal, soalnya minyak ini sehat dan banyak mengandung asam amino yang berguna untuk penderita kolesterol dan darah tinggi,” jelasnya.

Mustakinah mengklaim minyak kelapa tidak mengandung asam lemak jenuh sehingga sehat dikonsumsi oleh orang dengan resiko kolesterol tinggi. Bahkan, kata dia, kandungan asam amino yang terkandung dalam minyak kelapa justru bermanfaat bagi manusia.

Mustakinah menjelaskan, dilihat dari harganya, minyak kelapa memang lebih mahal dibanding minyak sawit. Namun, karena berkategori minyak goreng sehat, permintaan minyak kelapa tetap tinggi. Selain untuk memasak, minyak kelapa juga digunakan untuk ‘message oil’ atau minyak urut sehingga sebaran konsumennya luas.

“Ada juga yang pesan untuk minyak urut. Kalau diurut pakai minyak kelapa badan jadi enteng,” katanya lagi.

Tiap hari, kelompoknya baru memproduksi sekitar 20 liter minyak kelapa. Namun, di waktu tertentu, seringkali permintaan melonjak hingga 40 liter per hari.

Tiap liter minyak kelapa dijual dengan harga Rp 20 ribu. Konsumen terbanyak adalah orang yang sadar kesehatan dan orang dengan resiko kolesterol dan darah tinggi.

Minyak kelapa yang dibuat oleh Forum Warga Perempuan Sidamukti mulai mendapat sorotan saat dimana-mana terjadi gerakan boikot sawit akibat kebakaran hutan hebat yang terjadi di Kalimantan, Sumatera dan sejumlah wilayah sentra perkebunan sawit lainnya. Diduga, perkebunan sawit ini lah yang memicu kerusakan ekosistem sehingga kebakaran semakin kerap terjadi.

Ridlo Susanto

Tinggalkan Balasan