Ketika Bupati Banyumas Menilik Gang Sadar

Peristiwa235 Dilihat
Bupati Banyumas, Achmad Husein mendatangi Gang Sadar Baturraden, Rabu (30/3) sore. Bupati bertatap muka dengan penghuni Gang Sadar selama beberapa jam. (Uwin Chandra/Purwokertokita.com)
Bupati Banyumas, Achmad Husein mendatangi Gang Sadar Baturraden, Rabu (30/3) sore. Bupati bertatap muka dengan penghuni Gang Sadar selama beberapa jam. (Uwin Chandra/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Penutupan lokalisasi Kalijodo di Jakarta dan pencanangan program pemerintah, Indonesia bebas prostitusi 2019, membuat pemerintah kabupaten (pemkab) Banyumas, Jawa Tengah mulai melakukan pendekatan kepada penghuni Gang Sadar di Baturraden.

Agenda tersebut dilakukan Bupati Banyumas, Achmad Husein dengan menilik langsung kondisi Gang Sadar pada Rabu (30/3) sore. Didampingi Kepala Kepolisian Resor (Polres) Banyumas Ajun Komisaris Besar Gidion Arief Setyawan dan Komandan Komando Distrik militer (Kodim) 0701 Banyumas, Letnan Kolonel Infanteri Erwin Eka Gita Yuwana, Husein menyusuri gang yang terkenal didiami pramunikmat.

Bersama rombongan, Bupati Husein menyambangi beberapa indekos yang dihuni pramunikmat. Bahkan, beberapa dari mereka diajak berbincang sejenak untuk mengetahui keinginan dan harapan dari mereka. “Sebenarnya saya tidak ingin bekerja seperti ini pak, tetapi ini karena terpaksa,” kata Rani, nama samaran, salah seorang pramunikmat yang tinggal tak jauh dari mulut Gang Sadar.

Selain persoalan ekonomi, Rani mengaku tak tahu harus bekerja apa lagi untuk menyambung hidupnya. Rani sendiri mengaku memiliki dua anak yang harus dihidupi di kampung halamannya di salah satu kabupaten tetangga Banyumas. “Anak saya ada dua, kebutuhan cukup besar. Apalagi saya sudah menjadi janda,” jelasnya di hadapan Bupati Husein.

Diakuinya, setiap bulan sedikitnya bisa menghasilkan uang Rp 2 juta dari bisnis esek-esek tersebut. Uang tersebut, jelasnya, diterima bersih setelah mendapat potongan sana-sini, seperti biaya indekos, laundry hingga beberapa keperluan sehari-hari. Tak jauh berbeda dengan Rani, Lita, bukan nama sebenarnya, juga mengaku terpaksa hidup dari bisnis esek-esek.

Bupati Husein yang beberapa waktu lalu berjanji akan mensterilkan Gang Sadar dari pramunikmat memberi beberapa opsi, jika suatu saat gang yang berada di dekat terminal bawah kawasan Baturranden tersebut harus ditutup. “Kira-kira kalau dikasih modal untuk kerja dan diberikan pelatihan, berkenan nggak meninggalkan pekerjaan ini?” tanya Husein.

Keinginan tersebut langsung dijawab kesediaan penghuni indekos. Usai berbincang dengan pramunikmat tersebut, Husein kemudian meneruskan perjalanannya menyusuri sekitar 30-an lebih rumah indekos yang dihuni sekitar 100 pramunikmat. Beberapa pramunikmat terkejut dengan kedatangan rombongan tersebut. Bahkan, banyak dari mereka yang kemudian memilih bersembunyi masuk ke dalam kamarnya.

Dialog 

Tak hanya dengan pramunikmat, Bupati Husein juga menggelar dialog dengan induk semang serta pengurus Paguyuban Anak Kos Gang Sadar. Dialog tersebut dilaksanakan di aula yang berada di lingkungan tersebut. Beberapa induk semang yang menaungi beberapa pramunikmat mengemukakan beberapa persoalan yang dihadapinya, jika tempat tersebut harus ditutup.

Suasana Gang Sadar usai diguyur hujan pada Rabu (30/3) sore. (Uwin Chandra/Purwokertokita.com)
Suasana Gang Sadar usai diguyur hujan pada Rabu (30/3) sore. (Uwin Chandra/Purwokertokita.com)

“Saya datang ke sini, karena tidak ada lagi lahan yang bisa digarap di kampung. Sawah saja saya tidak punya, mau cara apa lagi untuk mendapat makan? Karena itu saya memilih bekerja di sini (Gang Sadar),” jelas Susi yang menaungi beberapa pramuria di kawasan Gang Sadar.

Susi merupakan satu dari 38 induk semang yang menaungi beberapa pramunikmat. Diakuinya, indekos yang ditempatinya disewakan selama setahun. Dalam setahun, ia merogoh uang sebanyak Rp 15 juta untuk menyewa rumah yang kini ditinggalinya bersama-sama dengan “anak-anaknya”.

“Kalau untuk harga sewa rumah harganya bervariasi, mulai dari Rp 10 juta di rumah bagian belakang,” kata Ketua paguyuban anak kos Gang Sadar, Amir Ma’ruf.

Baca: Bupati Banyumas Janji Sterilkan Gang Sadar Secepatnya

Dalam mata rantai bisnis esek-esek tersebut, jelas Amir, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Amir mengemukakan, keinginan pemerintah untuk menutup indekos di Gang Sadar harus dipertimbangkan lebih masak.

“Lahan di sini (gang Sadar) kan merupakan tanah pribadi bukan milik negara. Selain itu, ada banyak pekerjaan yang bergantung pada aktivitas Gang Sadar,” jelasnya.

Setidaknya, jelas Amir, ada sekitar 300-an lebih warga yang menggantungkan hidup dari aktivitas Gang Sadar. Ia merinci, penghuni indekos di Gang Sadar ada sekitar 100-an orang, kemudian jasa penyambung dilakukan sekitar 50-an warga, tukang ojek mencapai 50-an warga, pedagang asongan yang mencapai 100-an warga dan juga asisten rumah tangga yang bertugas membersihkan rumah dan cuci pakain sekitar 50-an warga.

“Belum lagi hotel di sekitar sini yang bergantung pada Gang Sadar. Tetapi, bagaimana pun juga kami akan ikut kebijakan pemerintah. Karena terus terang, semua yang ada di sini, tidak ingin masuk ke dalam dunia seperti ini sebenarnya,” jelasnya.

Mendengar masukan tersebut, Bupati Husein mengaku akan mencari solusi untuk memberdayakan semua penghuni yang ada dan akan terus membuka komunikasi untuk mencari jalan terbaik bagi semua. “Untuk selanjutnya nanti akan saya hubungi lagi. Yang jelas hari ini kita sudah mendengar semua aspirasi masyarakat di Gang Sadar,” katanya.

Tinggalkan Balasan