
Purwokertokita.com – Sejumlah mahasiswa dan dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto mengadakan survey lapangan untuk mencari penyebab terjadinya longsor di Desa Clapar Kecamatan Madukara Banjarnegara. Menurut temuan mereka, salah satu penyebab longsor adalah kebun salak.
“Sebagian besar lahan di lokasi tersebut ditanami pohon salak,” ujar Dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik Unsoed, Fadlin, Selasa (29/3).
Ia mengatakan, pemanfaatn lahan oleh warga merupakan salah satu faktor aktif yang memberi sumbangsih terjadinya longsoran. Pohon salak, kata dia, merupakan vegetasi yang memiliki karakter akar serabut.
Akar seperti itu akan memperlemah daya ikat tanah. Tanah di bagian atas menjadi gembur, sehingga mengganggu kestabilan tanah tersebut.
Selain itu, kata dia, dilihat dari topografinya, sepanjang jalur alternatif Banjarnegara-Wonosobo memiliki kemiringan lereng yang cukup curam. Sedangkan dilihat dari karakter batuannya, Desa Clapar tersusun atas batuan pasir kasar tuffan hingga konglomeratan.
Ia menambahkan, Desa Clapar berkembang struktur geologi yang cukup intensif berupa patahan geser yang berarah utara-selatan yang tepat melewati Desa Clapar. “Hasil interpretasi kami bahwa jalan alternatif Banjarnegara-Wonosobo yang melewati Desa Clapar dibangun di atas sesar geser yang diyakini oleh ahli geologi sebagai zona lemah dengan kata lain litologinya memiliki tingkat kestabilan yang sangat rendah,” katanya.
Selain berbagai faktor tadi, kata dia, curah hujan yang tinggi juga berpengaruh terhadap terjadinya longsor. “Air hujan yang meresap masuk melalui rekahan maupun pori-pori tanah akan menambah kadar air dalam pori tanah,” katanya.
Atas temuan tersebut, kata dia, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara diminta untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya longsor di tempat lain. Pemerintah juga diminta untuk membuat pemetaan detil tentang penyebaran potensi rawan bencana longsor.
“Jangan menunggu korban jiwa berjatuhan baru yang akan melakukan aksi yang serius terhadap bencana longsor yang kerap sekali terjadi ini.
Sudah saatnya pemerintah melakukan pendataan serta pemetaan yang lebih detil dan sistematik terhadap daerah yang memiliki potensi bahaya longsor, dan yang paling penting adalah peta zona- zona bahaya longsor tersebut harus terintegrasi dengan tata guna lahan sehingga tidak terjadi penyalahgunaan fungsi lahan, serta ke depannya dapat dijadikan guide untuk perencanaan pembangunan di Kabupaten Banjarnegara,” kata dia menegaskan.