Purwokertokita.com – Sekitar dua ribuan nelayan yang berada di kawasan pesisir Cilacap Jawa Tengah terpaksa tidak melaut akibat gelombang tinggi yang terjadi sepanjang perairan Jawa Tengah bagian selatan. Ribuan nelayan tersebut dikabarkan tidak melaut sejak dua bulan yang lalu.
Seorang nelayan Cilacap, Nano Sutarno mengatakan dirinya sengaja tidak melaut karena jika memaksa akan berresiko perahu yang dimilikinya karam atau pecah karena hantaman gelombang. “Selama ini nggak bisa melaut. Paling hanya beberapa perahu yang melaut sekitar 25 persen atau 30 persen juga nggak sampai,” katanya, beberapa waktu lalu.
Ia mengemukakan, saat ini hanya perahu berbobot lebih dari 10 gross ton yang berani melaut. Menurutnya, perahu berbobot 10 gross ton tersebut hanya berani melaut di perairan dangkal dan tidak terlalu jauh dari bibir pantai. Dikatakannya, saat gelombang tinggi datang, perahu biasanya cepat-cepat berlindung atau bersandar di pelabuhan terdekat.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap, Sarjono mengemukakan dalam dua bulan terakhir, kondisi perairan memang tidak memungkinkan untuk melaut. Menurutnya, hanya kapal nelayan berukuran lebih dari 30 gross ton. Padahal, dari data yang ada, sekitar 80 persen dari 14 ribu nelayan yang ada di Cilacap merupakan nelayan tradisional.
“Akibatnya, nelayan tersebut terpaksa menggunakan tabungan yang dikumpulkan sebelumnya. Bahkan, beberapa di antaranya terpaksa berutang kepada juragan atau bandar ikan,” ujarnya.
Kepala kelompok teknisi prakirawan cuaca Stasiun Meteorologi Badan Meteorolgi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap, Teguh Wardoyo mengatakan hingga kini gelombang tinggi di wilayah perairan selatan Jawa masih terjadi. “Tinggi gelombang mulai 2,5 meter hingga maksimal empat meter berpotensi terjadi di sepanjang perairan Cilacap hingga Yogyakarta,” katanya.
Ia mengemukakan, kondisi gelombang tersebut cenderung sudah menurun dibanding seminggu sebelumnya. Meski begitu, gelombang tersebut masih berbahaya bagi perahu nelayan yang mencari ikan ke laut lepas. “(Tinggi gelombang) masih berbahaya, walaupun sudah menurun daripada minggu kemarin,” ujarnya.