PURWOKERTOKITA.COM, PURBALINGGA- Bencana alam beruntun melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Purbalingga, akhir pekan lalu. Bencana itu antara lain tanah longsor di Desa Sirau Kecamatan Karangmoncol dan banjir bandang yang mengakibatkan tiga kios di pasar Runjang Desa Tunjungmuli Kecamatan Karangmoncol hanyut terbawa arus sungai.
Banjir juga menyebabkan ambrolnya tanah di sayap jembatan sungai Karang yang menghubungkan Desa Grantung dengan ibukota kecamatan Karangmoncol. Selain itu badan jalan di sisi timur Jembatan Merah masuk Desa Tegalpingen Kecamatan Pengadegan juga amblas. Semua bencana ini terjadi setelah guyuran hujan deras beberapa jam sebelumnya.
Dr Indra Permanajati, Akademisi Teknik Geologi Unsoed mengatakan, ada empat asumsi yang diduga menjadi penyebab bencana alam yang melanda Purbalingga. Pertama, bencana terjadi karena faktor alam.
“Faktor alam artinya sekarang masuk fase La Nina yang memicu hujan dan kemudian menyebabkan banjir,” kata dia melalui sambungan telepon, Selasa (26/10/2021).
Asumsi kedua diduga ada konversi lahan di daerah hulu. Perubahan tata guna lahan dari hutan menjadi perkebunan menyebabkan kemampuan menahan air menurun. Akibatnya, ketika hujan turun air langsung ke sungai dan menyebabkan banjir bandang.
“Ini masih harus dibuktikan,” ujar dia.
Ketiga struktur tanah yang terdiri atas batuan friksi. Struktur batuan membuar kemampuan serapan air rendah, sehingga air hujan tidak terserap dan berakhir menjadi air permukaan.
“Dan akhirnya menyebabkan banjir,” tuturnya.
Keempat topografi daerah hulu yang curam. Kondisi ini membuat air hujan langsung meluncur karena grafitasi.
“Belajar dari itu, skenario paling memungkinkan ya faktor alam. Jika faktor alam saja sudah menimbulkan bencana alam, apalagi kalau ditambah faktor lain, yang paling krusial misalnya pembalakan liar,” ucapnya.
Beberapa solusi yang bisa dilakukan antara lain pemerintah daerah harus mengeluarkan kebijakan untuk menjadikan daerah hulu sebagai hutan lindung agar kondisi alam terjaga. Selain itu, pemerintah juga harus tegas melarang bangunan di tepi sungai.
“Dan juga membentuk sistem peringatan dini bencana untuk meminimalisasi korban, bisa dengan teknologi atau membuat pos pengamatan bencana untuk antisipasi,” katanya.
Merspons rentetan bencana alam ini, Bupati Purbalingga menginstruksikan agar pemimpin unit pemerintahan di bawahnya menggalakkan reboisasi atau penanaman pohon. Dan yang tak kalah penting, edukasi seputar mitigasi bencana untuk masyarakat yang bermukin di daerah rawan bencana.
“Nanti akan dibuatkan SE Bupati untuk disosialisasikan kepada seluruh kecamatan dan desa terkait surat edaran tentang antisipasi penanggulangan bencana. Saya juga menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk senantiasa meningkatkan kewaspadaan dan serta mengajak masyarakat untuk bisa melakukan gerakan reboisasi,” kata Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi, saat meninjau lokasi bencana di Kecamatan Karangmoncol dan Kecamatan Pengadegan, Senin (25/10/2021).
Di Desa Sirau, longsor susulan menyebabkan jalan desa tertutup batu-batu besar dan material longsor lain. Mengatasi hal ini, pemkab akan memasang kawat bronjong dan memecah batu yang ada ditengah tengah jalan sehingga bisa kembali dilewati.
Sementara banjir bandang di Tunjungmuli menggerus tiga kios Pasar Runjang yang berada di bantaran sungai Muli. Kios semi permanen ini hanyut pada hari Minggu (24/10/2021) pukul 17.00 WIB.
“Ke depan untuk tahun 2022 akan dilakukan pemasangan talud. Saya sudah berpesan kepada pak Kades Tunjungmuli untuk menghimbau warganya tidak berdagang di bantaran sungai mengantisipasi kejadian seperti kemarin yang terbawa arus air ini tidak terjadi kembali,” jelas Tiwi.
Sementara penanganan ambrolnya ujung jembatan (abutment) Kali Karang yang menghubungkan Desa Grantung menuju pusat Kecamatan Karangmoncol akan ditangani segera oleh dinas terkait.
“Di Desa Grantung ada jembatan yang rogol karena arus sungai yang cukup deras, insyaalloh dalam waktu dekat ada penanganan-penanganan dari dinas-dinas terkait,” tuturnya.