Dorong Interaksi Sosial, Permainan Tradisional Nusantara Jadi Pembelajaran di Matsama MI Al Muttaqin Binangun

Peristiwa170 Dilihat

PURWOKERTOKITA.COM, CILACAP -Dorong interaksi sosial antar siswa, permainan tradisonal nusantara jadi metode pembelajaran di Masa Ta’aruf Siswa Madrasa (Matsama) Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Muttaqin Desa Binangun, Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap. Ada empat jenis permainan tradisonal yang ditampailkan yakni Sunda Manda atau Engklek, Ular Naga, Saragendem, dan Gobak Sodor jadi kegiatan untuk mencairkan interaksi antara siswa baru dengan para kakak kelas serat guru juga mengesankan pengalaman pertama yang berkesan secara positif kepada siswa baru.

Kepala Sekolah MI Al Muttaqin, Nur Laeli S.Pd.I, M.Pd, mengatakan mahasiswa asing tidak hanya sekadar mengenal cara bermain dari permainan tersebut. Siswa-siawi juga dijelaskan makna yang ada dari permainan tradisional tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendorong siswa meemahami filosofi dari beragam permainan tradisional tersebut.

“Di permainan Sunda Manda dikuhususkan siswa baru, bisa melatih motorik anak-anak. Sedang di gobak sodor untuk kelas lima dan enam, untuk menekankan kerjasama tim secara berkelompok,” kata Nur Laeli, Kamis (17/7).

Kegiatan permainan tradisional tersebut juga diharapkan mencairkan interaksi antar siswa dengan kegiatan yang ceria dan menyenangkan. Hal ini untuk mendorong interaksi sosial, di antara tantangan mencegah anak kecanduan terhadap gawai seperti ponsel atau barang elektronik lain.

“Tingginya waktu bermain gawai, kita sadari berdampak pada sifat anak. Bisa jadi, pertumbuhan psikis, fisik, maupun sosial anak terganggu karena tidak mau secara otomatis berinteraksi dengan yang lainnya,” ujar Laeli.

Kesenangan yang dirasakan oleh anak didik dari pengalaman melakukan kegiatan permainan tradisional Nusantara, diharapkan dapat dipraktikkan anak saat bermain di luar jam sekolah. Permainan tradisional yang mengutamakan keintiman dengan teman bermain serta membangun kerja sama tim bisa jadi bekal psikologis membuat tumbuh kembang anak menjadi semakin optimal.

“Kami menilai strategis untuk memperkenalkan kembali permainan tradisional. Pasalnya anak didik kami hidup di lingkungan pedesaan yang memiliki banyak ruang lapak untuk bermain secara berkelompok,” tegas Laeli.

Wali murid siswa MI Al Muttaqin, Ani Yuliarti merespon positif kegiatan permainan tradisional untuk siswa. Ia menilai siswa-siswi memang perlu memperoleh kegiatan-kegiatan kreatif selain jam belajar di dalam kelas.

Siswa-siswi MI Al Muttaqin memainkan permainan tradisional nusantara di halaman sekolah mereka. Siswa-siswi yang berjumlah 160 anak, dibimbing langsung oleh para guru dengan sistem berkelompok untuk melestarikan permainan tradisional jaman dahulu yang kaya filosofi.***

Tinggalkan Balasan