Diskusi Pemutaran Film Dokumenter “Mencari Soetedja” Dibatalkan, Bowo Leksono Kecewa

Festival Taman Budaya Soetedja "Serayu Mendayu"

Peristiwa550 Dilihat

PURWOKERTOKITA.COM, BANYUMAS – Kabupaten Banyumas pantas berbangga diri karena menjadi tanah kelahiran komponis legendaris, Raden Soetedja Poerwadibrata. Dialah yang namanya abadi berkat karyanya, juga diabadikan generasi setelahnya menjadi nama gedung kesenian yang kini masyhur dengan sebutan Taman Budaya Soetedja.

Jika melintas Kota Purwokerto, pusat pemerintahan Kabupaten Banyumas, dengan kereta api, maka lantunan lagu keroncong “Di Tepinya Sungai Serayu” akan menyambut lewat pengeras suara. Begitu melegendanya, PT KAI Daop V menjadikan lagu ini sebagai ikon.

Untuk mengenang maestro keroncong ini, Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas menggelar Festival Taman Budaya Soetedja, Jumat (8/11/2024). Pada festival ini, turut diputar fil dokumenter “Mencari Soetedja” arahan Bowo Leksono, Direktur Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga.

Namun sayang, pemutaran film yang sedianya dilanjutkan dengan diskusi dibatalkan. Panitia mendadak meniadakan diskusi setelah pemutaran.

Merespons hal ini, Bowo Leksono yang diagendakan menjadi pemantik diskusi mengaku kecewa. Begitupun penonton yang datang mengharap diskusi, turut kecewa.

Pemberitahuan pembatalan diskusi sangat mendadak, yaitu beberapa menit jelang film diputar. Panitia pun tidak memberitahu alasan kenapa menghilangkan diskusi usai pemutaran.

”Kecewa pasti. Kami datang ke pemutaran ini kan tujuannya untuk ngobrol dengan penonton, eh ditiadakan, mendadak pula,” ujar dia yang juga penulis skrip ”Mencari Soetedja”.

Pemutaran ”Mencari Soetedja” dalam rangkaian ”Serayu Mendayu” Festival Taman Budaya Soetedja diselenggarakan event organizer Slave of Love. Dikutip dari laman festivalfilmpurbalingga.id, pada pelaksanaannya, penyelenggara memanfaatkan mahasiswa Universitas Amikom Purwokerto menjadi volunteernya.

Tentang “Mencari Soetedja”

Film ini berkisah tentang seniman musik yang mendunia dari Banyumas. Film ini melacak riwayat hidup Soetedja melalui kesaksian keluarga dan sejarawan Banyumas.

Soetedja berasal dari keluarga bangsawan. Ia mendapat keistimewaan bisa mengenyam pendidikan.

Meski demikian, ia menolak dijejali dengan kurikulum penerintah kolonial. Ia melawan, memilih mengikuti kata hatinya menekuni musik.

Tentu keinginan Soetedja mendapat pertentangan keras dari keluarganya. Bukan tanpa alasan, seniman kala itu memang tak segemerlap hari ini. Zaman itu, seniman bukan sesuatu yang diidamkan banyak orang.

Namun tekadnya bulat. Ia bahkan sampai berkelana menimba ilmu hingga ke konservatori musik Roma, Italia demi memenuhi hasratnya mendalami musik.

Pulang dari tanah rantau, Soetedja mencipta ratusan lagu dengan biola Stradivarius Paganini nan legendaris itu. Satu yang terus terkenang ialah “Di Tepinya Sungai Serayu”. Serayu merupakan sungai yang mengalir mulai dari Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas hingga bermuara di laut selatan di Cilacap.

Ia pun membuat Orkes Melati, orkes pertama di tanah air. Melalui Orkes Melati, Soetedja menularkan gairah bermusiknya pada khalayak.

Begitu bersejarahnya tokoh ini, maka melacak riwayatnya menjadi amat penting.

“Film “Mencari Soetedja” penting diputar di sekolah-sekolah di Kabupaten Banyumas,” kata Nurul Atika Rahman, penonton dari Paguyuban Kakang Mbekayu Banyumas (Pakemas).

Pada kesempatan itu, Bowo Leksono sempat mengusulkan adanya Pojok Soetedja di area Taman Budaya Soetedja. Pojok Soetedja ini berisi tentang peninggalan-peninggalan Soetedja lengkap dengan karya-karyanya agar mempermudah generasi penerus mengenal sosok Soetedja.

Pejabat Fungsional Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Arif Rachman Achmadi, mengatakan, selama ini masyarakat tahu adanya Gedung Kesenian Soetedja, namun tidak tahu siapa sosok Soetedja.

”Makanya ini awal, kami memperkenalkan dengan adanya festival ini, salah satunya dengan pemutaran film dokumenter ”Mencari Soetedja”,” jelasnya.

Festival Taman Budaya Soetedja yang dibiayai Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Kemdikbud RI ini digelar selama dua hari dari Jumat-Sabtu, 8-9 November 2024. Berbagai kesenian digelar, beberapa di antaranya diperlombakan antar-kelompok kesenian.***

Tinggalkan Balasan