Digagas, Pasar Apung di Perairan Nusakambangan Cilacap

Lingkungan, Peristiwa259 Dilihat
Pemetaan hutan mangrive di Kawasan Laguna Segara Anakan, Cilacap oleh Aktivis Lingkungan dan IT. (Foto: Purwokertokita.com/Ridlo)
Pemetaan hutan mangrive di Kawasan Laguna Segara Anakan, Cilacap oleh Aktivis Lingkungan dan IT. (Foto: Purwokertokita.com/Ridlo)

Purwokertokita.com – Pemerintah kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mewacanakan pengembangan pasar apung tradisional di perairan Bengawan Donan yang berbatasan langsung dengan Selat Pulau Nusakambangan. Pasar apung ini, diharapkan bakal menjadi ikon wisata baru Kabupaten Cilacap.

Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Pengelolaan Kawasan Sumberdaya Segara Anakan (DKP2SKSA) Kabupaten Cilacap, Supriyanto mengatakan pasar apung ini akan diintergasikan dengan rencana penghidupan kembali (revitalisasi) pasar ikan higienis milik Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) yang dua tahun terakhir ini mangkrak.

Kata dia, pasar apung akan dibangun di perairan Bengawan Donan antara Lomanis Kelurahan Donan hingga Sleko Kelurahan Cilacap Selatan. Kata dia, pasar apung ini akan mengadopasi pasar apung yang ada, misalnya di Sumatera atau Kalimantan yang dikenal dengan pasar apung sungainya. “Konsep pasar terapung ini akan dikembangkan mulai dari perairan Lomanis Kelurahan Donan Kecamatan Cilacap Tengah, hingga Seleko Kelurahan Cilacap Selatan,” katanya.

Upaya ini, kata Supriyanto merupakan langkah alternatif dalam mengembangkan potensi wisata kelautan. Floating Market merupakan sebuah kawasan yang menyajikan konsep unik pasar terapung sebagai obyek wisata. Berbeda dengan di Kalimantan ataupun di tepi Sungai Musi Sumatra Selatan yang menjadikan pasar terapung sebagai sarana jual beli dalam pasar tradisional, konsep pasar terapung Cilacap ini dibangun untuk keperluan wisata.

“Gagasan untuk ke depan ini kan kita bisa mencontoh di Kalimantan di floating marketnya. Sebenarnya itu kan sederhan ya, kita bisa ajak beberapa kelompok misalnya, kemudian didorong oleh CSR Pertamina. Nggak usah jauh-jauh, antara Lomanis hingga Sleko saja, itu sudah inner beauty lho. Dan itu menjadikan ikon yang luar biasa untuk Kabupaten Cilacap sebenarnya. Dengan didorong termasuk Dinas Pariwisata,” jelasnya.

Menurut Supri, point of view atau arah pengembangan pariwisata kelautan di Cilacap, sebenarnya tidak harus memakan waktu bertahun tahun. Sebab dengan potensi yang ada saat ini, Cilacap memiliki nilai jual yang sangat tinggi untuk pengembangan wisata.

Supriyanto menjelaskan, konsep pasar terapung ini sebenarnya merupakan upaya alternatif, mengingat Pemkab Cilacap memiliki keterbatasan wewenang dalam pengelolaan wisata di Nusakambangan. Panorama alam di Nusakambangan yang masih asli, menurut Supri dapat disejajarkan dengan Pulau Dewata, sehingga layak disebut sebagai Beyond of Bali.

“Kebijakan pengembangan pariwisata di Cilacap tentu berada di bawah wewenang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Tetapi dalam pelaksanaannya tentu akan melibatkan dinas-dinas terkait,” ujarnya.

Supriyanto mengungkap, pasar apung di Cilacap sebenarnya telah dipraktikkan oleh masyarakat nelayan dan petani di Kawasan Laguna Segara Anakan. Seringkali, kata dia, transaksi hasil tangkap atau hasil bumi dilakukandi atas perahu. “selain sisi ekonomis, pasar apung yang akan dibangun di Cilacap ini bakal lebih menonjoplkan konsep pariwisata,” tambahnya.

Dia yakin, floating market ini akan berkembang menjadi destinasi wisata baru di Kabupaten Cilacap yang memiliki kekayaan berlimpah. Apalagi ditambah dengan kecantikan Kawasan Hutan Mangrove dan latar belakang Pulau Nusakambangan di seberang perairan Bengawan Donan.

Tinggalkan Balasan