Purwokertokita.com – Meninggalnya tujuh pasien demam berdarah (DB) sejak Januari hingga pertengahan Februari 2016, membuat Bupati Banyumas, Achmad Husein, menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) DB. Pengumuman itu disampaikan disela berlangsungnya rapat koordinasi penanganan DB di Grha Satria Kompleks Pendapa Si Panji Purwokerto, Minggu (14/2) sore.
Husein menyatakan jumlah korban akibat demam berdarah pada awal tahun ini meningkat dua kali lipat, dibanding tahun sebelumnya pada periode yang sama. Padahal, pada periode yang sama, mulai Januari hingga Februari 2015, jumlah korban meninggal akibat penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes agepty tersebut menyebabkan kematian satu warga.
“Saya tetapkan status KLB untuk DBD, karena sudah memenuhi kriteria KLB, yakni jumlah korban yang terus bertambah dan jumlahnya meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya,” ucap Husein.
Ia mengemukakan, kondisi KLB DB tidak hanya di Banyumas saja. Menurutnya, kondisi serupa juga terjadi di beberapa daerah, seperti di Tasikmalaya Jawa Barat yang jumlah korbannya mencapai 14 orang. “Wabah ini memang sudah menyebar, tidak hanya di Banyumas. Karena sekarang sedang musim hujan,” ucapnya.
Setelah penetapan status KLB DBD, Husein mengintruksikan kepada jajarannya untuk mengintensifkan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Gerakan massa PSN akan mulai dilakukan pada Senin (15/2). Nantinya, ada petugas PSN yang akan mendatangi rumah warga untuk memastikan tidak ada jentik nyamuk dalam rumah.
Lebih jauh, ia mengemukakan sudah berkeliling ke rumah warga untuk memeriksa keberadaan jentik nyamuk. Dari hasil tersebut, ia mengaku kaget karena banyak rumah warga yang tidak bebas jentik nyamuk. “Kemarin saya ikut berkeliling ke rumah warga. Dari 10 rumah yang diperiksa, ternyata hanya satu rumah yang bebas dari jentik nyamuk,” kata Husein.
Sementara itu saat dihubungi wartawan, Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyumas, Dian Andiyono mengatakan selama periode awal tahun hingga pertengahan Februari 2016, sudah melakukan pengasapan di 14 titik pemukiman. “Untuk satu lokasi dilakukan dua kali pengasapan. Jadi sudah 28 kali pengasapan dan yang terakhir di kawasan Kranji,” ucapnya.
Ia mengemukakan demam berdarah mulai merebak pada Januari dengan karena ada 53 suspect. Lebih jauh, ia menyampaikan penanganan DB sebenarnya tidak terlambat. “Banyak permintaan pengasapan dari masyarakat, tetapi kita tidak mampu melayani semua. Sehingga yang diasap hanya yang sesuai kriteria, diantarnya adanya suspect dan korban meninggal dunia,” jelasnya.