Orang-orang lanjut usia (lansia) ⸻berusia 60-89 tahun⸻ di Indonesia hari ini adalah generasi yang lahir dan tumbuh ketika Indonesia hendak dan baru menjadi bangsa merdeka. Sebagian dari mereka ada yang terdampak pertikaian politik, mewarisi tatanan sosial kebudayaan lama yang mulai kikis, menyandang nama-nama lokal sebagai identitas diri, atau menggeluti profesi yang kini jarang diminati. Mereka telah menjadi bagian populasi yang menua membawa serta drama kehidupan masing-masing: bahagia atau sebaliknya nelangsa di masa senja.
Foto & Teks: Abdul Aziz Rasjid
Rasim Kusmiarjo, lahir di Banyumas tahun 1954. Tinggal di Desa Rempoah, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Tergolong lansia muda (60-69), sehari-hari Rasim berjualan jajanan tradisional sekaligus menjadi penjaga pasar Rempoah. Ia juga memulung sampah plastik di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Desa Rempoah.
Tukiman, lahir di Banyumas 31 Desember 1955. Tinggal di Desa Binangun, Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap. Puluhan tahun Tukiman menjadi penderes nira menyewa pohon kelapa di kebun milik tetangganya. Di kediamannya ia tinggal seorang diri sedang anak-anaknya merantau ke Jakarta serta menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Korea.
Kanidjah, lahir di Banyumas 10 Desember 1950. Tinggal di Desa Papringan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas. Kanidjah merupakan salah satu pembatik unggul yang mewarisi motif batik klasik Banyumas seperti Blauran dan Ukel. Tak ada satupun anaknya yang mengikuti jejaknya.
Ahmad Tohari, lahir di Banyumas 13 Juni 1948. Tinggal di Desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas. Tergolong lansia madya (70-79), ia masih aktif menulis karya sastra. Tohari menulis trilogi Ronggeng Dukuh Paruk mengangkat gejolak politik 1965 dalam sudut pandang lokalitas yang terkesan dihindari para penulis di era Orde Baru.
Munawir, lahir di Cilacap 31 Desember 1939. Tinggal seorang diri di kediamannya di Desa Binangun, Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap. Tergolong lansia tua (80-89), seumur hidup Munawir menekuni among tani. Ia kini merawat kebun dan sawah milik keponakannya yang bekerja di luar kota.
Jaenudin, lahir di Cilacap 15 Januari 1935. Salah satu pemukim pertama yang melakukan trukah (membuka hutan) di Desa Kamulyan, Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap. Kini Jaenudin mengalami pekak. Kebutuhan sehari-harinya ditopang oleh anaknya yang tinggal di depan kediamannya.
Kartasari, lahir di Banyumas tahun 1937. Ia sosok terpenting masyarakat adat Banokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang yang merupakan bagian tatanan lama sosial kebudayaan Banyumas. Kartasari menjadi Kyai Kunci sejak 2010. Ia mengemban tugas nyaosaken (mendoakan) setiap hajat warga Banokeling untuk disampaikan ke para leluhur.
Post Views: 160