Purwokertokita.com, Purwokerto – Belakangan, teror ular terjadi di berbagai belahan tanah air. Ular memang dianggap sebagai hewan menakutkan, terlebih, ular King Kobra yang punya bisa mematikan, dan dikenal sebagai raja segala jenis ular lantaran keganasannya.
Tetapi ini tidak berlaku bagi Iin Ayu, warga Jalan Kecamatan nomor 3, Kelurahan Karangpucung, Kecamatan Purwokerto Selatan. Makanya, ia kemudian dikenal sebagai wanita penakluk ular King Kobra.
Bagi wanita berusia 55 tahun itu, ular bukan dianggap sebagai satwa berbahaya. ia begitu menikmati kebersamaan dengan satwa melata ini.
Namanya mendadak populer di Purwokerto dan sekitarnya. Apalagi, belakangan teror ular terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Bagi warga, ular memang dianggap momok yang menakutkan lantaran bisa muncul di permukiman kapan saja.
Berbeda dengan pendangan umum yang menganggap ular King Kobra berbahaya, Iin justru menganggapnya sama sekali bukan ancaman. Bagi Iin, ulang King Kobra sama saja dengan satwa piaraan lainnya.
Ia memiliki lusinan ular Kobra. Satu di antaranya Si Merah, ular King Kobra berusia empat tahun yang unik lantaran bersisik merah cerah. Pada umumnya King Kobra berwarna hitam atau cokelat gelap.
“Itu king kobra dari Sumatera,” kata Iin, saat ditemui di rumahnya, Selasa (17/12/2019).
Iin gandrung dengan ular sejak remaja. Ia memperkirakan usianya ketika itu 17 tahun, saat ia masih bersekolah SMA. Ular pertama yang ia akrabi ialah ular sawah.
“Kalau orang Banyumas bilang ular rangon, ular yang banyak ditemukan di sawah,” ucapnya.
Iin tak bisa menjelaskan kenapa ia tiba-tiba suka dengan ular. Ia mengatakan rasa itu muncul begitu saja tanpa meniru atau menggemari seseorang.
“Jadi saya sulit menjelaskan, tetapi saya bisa merasakan. Seperti panggilan, naluri dalam diri saya,” kata dia sambil mengerutkan dahinya.
Sewaktu gadis remaja, Iin tentu saja tak berani berterus terang dengan kedua orang tuanya tentang kegemarannya bermain dengan ular. Ia takut ibu dan bapaknya marah atau melarangnya bermain-main ular.
Saking takut ketahuan, terkadang ia sampai nekat menyembunyikan ular ke dalam tas agar tak diketahui ayah ibunya. “Ular kan nggak bisa bunyi ya, jadi kalau dimasukan tas nggak ada yang tahu,” ujarnya.
Iin tak bercerita kapan pertama kali orang tuanya tahu hobinya. Namun, yang jelas hingga saat ini ibunya enggan berkunjung ke rumahnya karena takut dengan ular-ular yang memenuhi garasi rumah dua. Dan itu ta menyurutkan kecintaannya kepada satwa reptil ini.
“Mungkin sudah terlanjur cinta ya,” kata dia diikuti tawa kecil.
Kecintaan Iin kepada ular rupanya tak main-main. Kini ia memiliki ratusan ular berbagai jenis di rumahnya. Ratusan itu termasuk yang baru-baru ini menetas.
“Ada yang tidak berbisa seperti piton, ada juga yang berbisa seperti viper dan kobra,” katanya, sembari memegang King Kobra Jawa.
Menanggapi fenomena ular kobra yang masuk ke rumah warga, Iin mengatakan akhir tahun atau memasuki musim penghujan merupakan masa ular menetas. Ular yang masuk ke rumah, sebenarnya karena dorongan untuk bertahan hidup dan berkembang biak.
“Ular-ular itu hanya mencari makan, karena ular kobra biasanya makan tikus. Itu kenapa ketika ditemukan biasanya di dapur,” dia menjelaskan.
Menurut Ini, jika menemukan ular kobra di rumah, pertama yang harus dilakukan adalah berusaha tetap tenang. Sebab, jika panik dan membuat gerakan spontan ular kobra juga berubah agresif.
“Ular kobra sangat sensitif dengan gerakan, jadi penglihatannya lebih pada sensor pendeteksi gerak. Kalau ada gerakan, ular kobra akan sangat peka dan bisa menyerang,” dia mengungkapkan.
Ia juga menyarankan agar warga tidak menyentuh ular kobra dengan tangan kosong. Sebab jika tidak memiliki keahlian khusus, bisa terkena gigitan yang berakibat fatal.
“Gunakan lah alat seadanya, bisa sapu atau kayu untuk mengusir ular keluar. Boleh dibunuh tapi jika benar-benar sudah mengancam keselamatan,” ucapnya.
Iin juga berbagi tips jika sampai digigit ular kobra. Ia menyarankan jangan menggerakkan bagian tubuh yang tergigit agar racun tak langsung menyebar ke seluruh tubuh. Yang terpenting yaitu segera ke dokter atau rumah sakit terdekat.
“Sekarang sudah ada imobilisasi untuk mengurangi gerakan, itu standar WHO. Jadi jangan diikat atau disayat,” ujar dia.
Iin mengaku berkali-kali digigit ular berbisa. Namun ia mengaku bersyukur bisa selamat.
Karena itu, ia pun mengingatkan para pencinta ular, terutama yang berbisa agar menempatkan keselamatan sebagai prioritas utama.
Kini Iin tak lagi muda. Ia telah mengurangi intensitas kontak dengan ular-ular berbisa meski tetap memelihara di garasi rumahnya. Itu tak lain karena besarnya rasa cintanya pada ular.
Kecintaaanya pada ular kini menurun pada cucunya, Kirey (7). Ia mengatakan, Kirey menunjukkan kecenderungan suka pada ular sejak kecil. Bahkan suatu ketika, Kirey pernah tak mau makan kalau belum bermain dengan King Kobra koleksinya.
Namun Iin mengaku cemas dengan keselamatan Kirey. Menurutnya belum saatnya cucu perempuannya itu bermain dengan King Kobra. Kirey hanya diizinkan bermain dengan ular-ular yang tak berbisa.
“Jadi beberapa ular King kobra Saya titipkan ke teman-teman komunitas, demi cucu saya,” kata dia yang juga sesepuh di komunitas pencinta ular bernama Bawor (Banyumas Wong Reptil).