Mengangkat Tradisi Islam di Cilacap Lewat Film “Menjaga Jamjaneng”

Peristiwa, Ragam272 Dilihat
Proses produksi film dokumenter “Menjaga Jamjaneng” di Desa Purwosari, Kecamatan Cipari, Cilacap. (Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Sejumlah laki-laki terlihat memainkan alat musik berbentuk lingkaran berlapis kulit, suara mereka terdengar melagukan kisah-kisah melalui tembang sholawat pada Minggu (23/12) malam.

Ketika dilihat, bentuk alat-alat musiknya menyerupai rebana, namun cara memainkan dan bentuk pertunjukanya berbeda. Mereka adalah grup seni “Jamjaneng” yang berada di Desa Purwosari, Kecamatan Cipari, Cilacap.

Salah satu sesepuh grup, Kyai Sobirin menuturkan, seni Jamjaneng di Desa Purwosari mulai aktif kembali sekitar tahun 1989. Setelah sebelumnya sempat tidak aktif hampir sepuluh tahun. Ia bersama sejumlah pemuda mencoba menghidupkan kembali kesenian tersebut.

“Orang lebih mengenal Jamjaneng dengan sebutan ‘bersholawat’,” tuturnya.

Sobirin bersama rekan-rekanya menjadi generasi kedua dari grup yang sebenarnya sudah eksis di Cipari sebelum tahun 1965. Kesenian Jamjaneng dijadikan media dakwah untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan budaya Islam pada masa itu.

Menurut Sobirin, kesenian Jamjaneng ini lebih ditekankan kepada pesan-pesan kehidupan, mengingatkan manusia akan kematian, agar dalam setiap lini kehidupan di dunia selalu berbuat baik.

“Syair-syair dalam kitab berbentuk huruf Arab pegon (bahasa Jawa yang tertulis dengan huruf Arab),” tambahnya.

Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Cilacap tengah mengemas kesenian yang menjadi bagian dari warisan budaya nenek moyang ini dalam bentuk film dokumenter. Tujuannya, sebagai langkah awal untuk memetakan berbagai aktivitas seni budaya di Kabupaten Cilacap yang memiliki nilai-nilai tradisi budaya bangsa dan erat kaitanya dengan sejarah.

Salah satu penggerak Lesbumi Cilacap, Masngudi mengatakan, syair Jamjaneng erat kaitanya dengan kesusastraan Jawa. Makna dari pesan yang disampaikan juga begitu dalam.

Masngudi yang juga menjadi sutradara film “Menjaga Jamjaneng” berharap, dokumen-dokumen yang diabadikan dalam bentuk audio visual seperti ini dapat memberikan gambaran betapa kita harus terus berupaya melestarikan tradisi budaya bangsa.

“Jangan sampai punah, kita wajib menjaga dan melestarikanya. Salah satu upaya yang baru bisa dilakukan kita ya dengan memfilmkan Jamjaneng ini,” katanya. (NS/YS)

Tinggalkan Balasan