Purwokertokita.com – Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Baturraden terus mendapatkan penolakan dari sejumlah pihak. Selasa (20/6), Karang Taruna Desa Beji Kecamatan Kedungbanteng Banyumas, menggelar aksi penolakan dengan pemasangan spanduk dan pembagian takjil gratis di kompleks segitiga patung gurameh Desa Beji.
Saiful Amri, Ketua Karang Taruna Desa Beji mengatakan, pembangunan PLTP Baturraden menjadi ancaman bagi desanya yang menjadi penghasil ikan gurameh terbesar di Banyumas, hal ini didasarkan pada kejadian air keruh yang terjadi di Cilongok beberapa bulan lalu.
“Kami tidak ingin desa kami mengalami hal yang sama seperti di Cilongok, kerugian masyarakat pasti akan sangat besar jika kejadian air keruh menimpa Desa Beji,” ungkap Amri.
Selain kekhawatiran terjadinya air keruh, menurut Amri, pembabatan hutan lindung di Gunung Slamet dalam skala besar akan berpengaruh pada sumber mata air yang selama ini menjadi sumber penghidupan mayoritas warga Banyumas.
“Kalau banyak mata air yang hilang akibat dari proyek ini, pastinya masyarakat yang akan rugi. Kalau sudah terjadi seperti itu, kita mau bilang apa?,” tambahnya.
Aksi yang berlangsung mulai jam 15.30 wib ini dimulai dengan pemasangan spanduk dengan beragam tulisan penolakan PLTP Baturraden, kemudian dilanjutkan dengan pembagian seribu takjil bagi para pengguna kendaraan yang lewat.
Dalam aksi ini, Karang Taruna Desa Beji melibatkan beberapa pihak seperti Aliansi Selamatkan Slamet, Wijaya Kusuma Pecinta Alam (Wikupala), Unit Pengabdian Masyarakat (UPM) Fakultas Peternakan Unsoed dan pemuda Desa Kotayasa.
Panji Luhur Pambudi, anggota Wikupala yang terlibat dalam aksi mengatakan, hutan lindung di Gunung Slamet adalah hutan alam terbaik di Jawa yang harus terus dijaga kelestariannya.
“Ini sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga kelestarian Gunung Slamet, kami berharap akan ada banyak pihak yang juga ikut terlibat menolak proyek PLTP Baturraden, karena sangat menentukan masa depan Gunung Slamet,” ujar Panji. (YS)