Purwokertokita.com – Gerhana matahari terjadi di Indonesia, termasuk Cilacap, Rabu (9/3). Di waktu yang sama, gelombang setinggi empat meter mengamuk di Samudera Hindia Selatan Cilacap, Jawa Tengah.
Menurut Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap, Rendy Krisnawan, Fenomena tersebut tak ada kaitannya.
“Sementara ini tidak ada kaitannya. Gelombang tinggi lebih banyak dipengaruhi kecepatan angin. Hingga saat ini belum ada penelitian mengarah ke sana,” jelas Rendy kepada Purwokertokita.com, Rabu (9/3).
Yang terbukti hingga saat ini, ungkap Rendy, bahwa gravitasi bulan mempengaruhi pasang surut air laut.
Rendy mengatakan saat ini BMKG Cilacap tengah mengamati pengaruh gerhana matahari terhadap cuaca lokal. Pengamatan dilakukan mulai tiga hari sebelum gerhana hingga tiga hari setelah gerhana sehingga pengamatan total selama tujuh hari berturut-turut.
“Kita mengamati suhu udara di taman alat yang ada di kantor meteorologi. Pengamatan kelembapan udara, kita amati hidrometer kenaikan dan penurunannya (suhu dan kelempan) setiap lima menit sekali mulai pukul 06.00 WIB hingga 10.30 WIB. Kita amati tiga hari sebelum dan tiga hari sesudah,” bebernya.
Hasil pengamataan, kata dia, akan disandingkan dengan data cuaca rata-rata harian untuk mengetahui apakah ada dampak terhadap cuaca dan kelempan secara signifikan atau tidak.
Dalam pantauan purwokertokita.com, cuaca cerah berawan terjadi di Cilacap dan Banyumas pagi tadi saat gerhana matahari berlangsung. Sebagian besar daerah bisa menyaksikan gerhana matahari tanpa alat bantu.