Purwokertokita.com – Kabupaten Banyumas yang berada di lereng selatan Gunung Slamet, selama ini kerap diidentikkan dengan pesona curugnya. Berbagai jenis curug yang ada, kerap membuat penikmat wisata alam memburu ratusan curug yang tersembunyi maupun yang kini sudah dibuka warga.
Tersebutlah Curug Nangga, yang beberapa waktu lalu dikenal warga seantero Banyumas Raya dan ramai menjadi pembicaraan di sosial media. Curug yang terletak di Desa Petaunan Kecamatan Pekuncen Banyumas tersebut memiliki keunikan yang khas. Curug yang baru dibuka menjadi destinasi wisata oleh warga sekitar tersebut memiliki tujuh undakan dari atas hingga ke bawah hingga bermuara di Sungai Tajum.
Jika menggunakan kendaraan umum dari Terminal Purwokerto atau Bumiayu, berhentilah di dekat pangkalan ojek Cikawung kalau dari arah Purwokerto. Dari situ, pengunjung akan berbelok ke arah selatan menuju Desa Semedo menuju curug berketinggian sekitar 250 meter.
Jauh dari keramaian jalan besar dan berada di samping areal persawahan desa sekitar membuat pengunjung harus membawa kendaraan pribadi. Untuk mencapainya, pengunjung harus menempuh jarak sekitar dua kilometer lebih dari Jalan Raya Ajibarang-Pekuncen.
Menyusuri jalan masuk di wilayah Desa Semedo untuk mencapai Desa Petahunan ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit dengan kendaraan bermotor. Jalan yang tidak terlalu besar, namun banyak tikungan dan menanjak menuju lokasi pun ditempuh untuk mencapai Curug Nangga.
Perjalanan menggunakan kendaraan bermotor pun tidak bisa dilanjutkan hingga lokasi curug. Sebelum mencapai curug, pengunjung akan melanjutkannya dengan berjalan kaki melalui makadam yang disusun hingga lokasi. Dengan tiket masuk Rp 3.000 yang dikelola pemuda desa setempat, pengunjung akan melintasi beratnya medan.
Pemandangan hamparan hijaunya sawah dan sesekali berpapasan dengan para pencari kayu bakar kerap ditemui sepanjang jalan. Jika lelah dan ingin berisitirahat sejenak, beberapa warung kecil di dekat bukit persawahan siap menjamu pengunjung dengan makanan khas banyumas, mendoan dan tentunya dengan harga yang setara.
Dari warung itu, pengunjung juga bisa menyaksikan keindahan curug bertingkat tujuh tersebut, meski tidak terlihat utuh. Seorang warga desa setempat, Jana (45) mengatakan Curug Nangga sebelumnya kerap dikunjungi pecinta alam di sekitaran Banyumas.
“Sebelum dibuka untuk umum, memang sudah banyak orang yang berkunjung ke sini. Tetapi, rata-rata pecinta alam,” katanya, beberapa waktu lalu.
Perjalanan yang mencucurkan keringat dan rasa pegal di seputar kaki hingga paha pun akan sangat terasa, jika bernafsu ingin mencapai tujuan secepatnya. Beberapa titik jalur menurun dari arah pintu masuk pun akan terasa licin, jika tidak dilalu dengan berhati-hati.
Ketika menuruni dataran hamparan sawah itulah, menjadi penanda, tak lama lagi akan melihat curug berundak tujuh yang memiliki arus cukup deras.
Jangan bayangkan tempat bersantai di sekitar aliran curug tersebut, karena itu lebih baik mencari posisi yang nyaman untuk bisa mengabadikan momen spesial dengan latar belakang Curug Nangga.
Masih menurut Jana, nama Curug Jana berasal dari dusun tempat curug tersebut berada. Tak hanya itu, masing-masing undakan memiliki namanya sendiri-sendiri.
Mulai dari undakan yang paling atas dikenal dengan nama Nangga, kemudian undakan kedua dinamai Sikidang, kemudian Gomblang, Pewinian, Banta Pewinian, Lunjar dan Benda.
Bagi pengunjung yang baru kali pertama mengunjungi Curug Nangga, pastinya akan menikmati suasana yang berbeda. Seperti yang diungkapkan seorang pengunjung, Rio. Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman ini mengaku sangat menikmati curug yang memiliki undakan tujuh tersebut.
“Ini berbeda daripada curug yang lain di Banyumas, karena undakannya ada tujuh,” kata Rio yang mengaku mengetahui informasi keberadaan Curug Nangga melalui media sosial.
Menurutnya, keberadaan curug tersebut menambah potensi kekayaan alam di Banyumas yang selama ini belum dikembangkan maksimal. “Karena baru kali pertama datang ke sini, curugnya sangat bagus sebenarnya,” jelasnya.
Meski demikian, saat ini keberadaan Curug Nangga perlu untuk dikembangkan lagi. Jana mengemukakan, sebenarnya ada lagi curug yang seperti Curug Nangga di aliran sungai yang sama. “Tetapi undakannya tidak banyak,” katanya.