Purwokertokita.com – Bagi para penggemar burung kicau pastinya sudah akrab dengan jenis burung Goci, Kacer, Jalak Suren dan Murai, jenis-jenis burung ini selalu menjadi buruan para penggemarnya.
Melihat peluang ini, Sugeng Haryono, warga Desa Cihonje, Kecamatan Gumelar, Banyumas, membuat usaha penangkaran burung kicau di rumahnya.
Berawal dari kepulangan Sugeng bekerja sebagai buruh migran di Korea Selatan pada tahun 2013. Tanpa menunggu lama di rumah, dua hari setelah kepulangannya Sugeng langsung merencanakan membuat penangkaran burung kicau di belakang rumahnya.
“Saya pulang dari Korea tahun 2013, dua hari setelah tiba di rumah, saya langsung merencanakan membikin tempat penangkaran di belakang rumah,” tutur Sugeng.
Usaha penangkaran burung yang dibuat oleh Sugeng bisa dibilang modal nekat, selain terkendala modal usaha, dia juga belum berpengalaman dalam menjalani usahanya.
“Satu tahun pertama usaha saya belum menampakkan hasil, tapi saya terus berproses mengatasi kendala, belajar membuat pembibitan yang bagus dan akhirnya sekarang sudah mulai terlihat perkembangannya,” ungkap Sugeng.
Meski tanpa pengalaman, ternyata Sugeng sudah merencanakan usahanya sejak satu tahun terakhir menjelang kepulangannya ke Indonesia. Rencana ini memacu dirinya untuk rajin menabung demi mewujudkan mimpinya.
“Saya memang sudah merencanakan pada saat masih di Korea, ada sedikit rasa takut gagal pada awalnya, tapi saya yakinkan diri sendiri untuk memulai,“ tambah Sugeng.
Sugeng menuturkan bahwa awalnya dia hanya menangkar 27 pasang burung yang terdiri dari burung Goci, Kacer, Jalak Suren dan Murai. Sekarang sudah ada lebih dari 40 pasang burung yang ada di 73 kandang yang dia miliki. Dia memberi nama tempat penangkaran burung miliknya dengan nama H & H, inisial dari nama anaknya Hiera & Hiero.
Kini usahanya mulai menampakkan hasil, tidak kurang dari 4 jenis burung yang ada di penangkarannya banyak dilirik oleh warga di lingkungannya. Burung hasil dari penangkaran milik Sugeng juga sudah dipasarkan di wilayah Cilacap, meliputi Majenang, Sidareja, dan Karangpucung.
Sugeng mematok harga jual dari burung hasil penangkarannya sesuai dengan usia burungnya. “Kalau jenis Murai yang sudah bisa makan sendiri harganya 2,5 juta, untuk jenis Jalak saya kasih harga 350 ribu,” kata pria yang lebih dari 16 tahun menjadi Buruh Migran di Korea ini.