Seribuan Lebih Warga Banjarnegara Mengungsi Akibat Gempa Bumi

Lingkungan, Peristiwa264 Dilihat
Ilustrasi suasana pengungsian. (Dokumentasi/Purwokertokita.com)
Ilustrasi suasana pengungsian.
(Dokumentasi/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Sekitar 1.560 jiwa warga Desa Sirukem Kecamatan Kalibening Banjarnegara dilaporkan mengungsi setelah terjadi beberapa kali gempa lokal yang di wilayah tersebut sejak Senin-Selasa (23-24/11). Gempa yang kali pertama terjadi pada Senin (23/11) malam sempat membuat panik warga yang akhirnya memutuskan mengungsi ke Balai Desa Balun Kecamatan Wanayasa yang berbatasan dengan desa tersebut.

Camat Kalibening, Paryono mengemukakan setelah gempa pertama warga yang merupakan ibu-ibu, anak-anak dan orang tua memilih untuk mengungsi karena trauma dengan peristiwa Jemblung. “Warga mengungsi karena mereka panik, takut terjadi longsor seperti di Dusun Jemblung, beberapa waktu lalu,” katanya kepada wartawan, Selasa (24/11).

Pengungsian, jelasnya, mulai terjadi sekitar pukul 20.30 setelah gempa berkekuatan sekitar 2,2 skala richter dirasakan warga pada Senin malam sekitar pukul 19.55 WIB. Kemudian, warga bertambah panik saat terjadi gempa susulan sekitar pukul 02.19 WIB yang berkekuatan 2,3 skala richter yang berjarak sekitar sembilan kilometer sebelah timur laut Banjarnegara.

Warga yang mengungsi, jelasnya, selama ini tinggal di wilayah dengan kontur berbukit-bukit. Lebih lanjut, Paryono mengemukakan warga diimbau tidak panik dan tetap waspada. “Kami bersama aparat lainnya dari polsek dan Koramil Kalibening berusaha menenangkan warga agar tidak panik,” ujarnya.

Pada Selasa (24/11) siang, warga diimbau untuk kembali ke rumah masing-masing. Namun tak lama setelah imbauan tersebut, gempa kembali mengguncang wilayah tersebut.

“Getaran gempa kembali kita rasakan Selasa siang sekitar pukul 12.00 WIB. Warga yang sebelumnya sudah diimbau untuk pulang memilih kembali lagi ke pengungsian,” kata Kepala Desa Surikem Ratno Rofikhudin, Selasa.

Getaran gempa dirasakan di tiga desa, yakni Desa Sirukem, Kalisat Kidul, dan Kertosari Kecamatan Kalibening. Namun yang mengungsi, hanya warga Sirukem saja. Menurutnya, saat terjadi gempa terjadi dentuman.

‪Kepanikan warga bertambah, setelah diketahui adanya retakan tanah sepanjang 100 meter dengan lebar tiga centimeter. Selain itu, gempa juga menyebabkan tiga rumah warga retak-retak pada bagian dinding dan lantai. Sebelum gempa menurut Ratno tidak ada retakan tanah.

Seorang anggota relawan PMI Banjarnegara, Sugeng menyebutkan satu orang pengungsi terluka saat proses pengungsian. “Korban bernama Suryani, usia 100 tahun. Ia terjatuh dari mobil saat proses pengungsian dan mengalami luka,” katanya.

Hingga Selasa, seribuan pengungsi masih bertahan dipengungsian. Terdiri dari 792 pengungsi perempuan dan 768 laki-laki. Mereka belum ada rencana untuk kembali ke rumah. Pengungsi saat ini sangat membutuhkan bantuan.

“Dari hasil pertemuan dengan warga pengungsi, mereka belum ada rencana untuk pulang. Sehingga saat ini kebutuhan mendesak adalah makanan buat pagi untuk pengungsi balita, anak-anak dan orang tua,” jelasnya.

Uwin Chandra

Tinggalkan Balasan