Ibu Pariyem Kini Sudah Melahirkan Anaknya

Lingkungan, Video434 Dilihat

Di ujung perbatasan Banyumas dan Banjarnagera, suasana begitu hening. Tak tampak riuh manusia yang berkejaran, menuju kampung halamannya. Saat semua berebut pakain baru, berburu daging sapi dan ketupat, atau lini masa meributkan titik kemacetan, Pariyem masih dengan dunia kecilnya.

Pariyem, kelahiran Kebumen bersuamikan Pardi warga Grumbul Plandi Desa Watuagung Tambak. Grumbul itu pada Sabtu 18 Juni lalu, diterjang tanah longsor.

Berbeda dengan tetangganya, rumahnya selamat. Tapi, bukit Bogangin yang masuk Petak 25 hutan milik Perhutani, kini retak sepanjang satu kilometer. Jika hujan turun, tanahnya terus bergerak turun. Mengarah ke rumah Pariyem.

Pariyem kini tengah menanti buah hatinya yang ke-3. Di buku catatan kehamilan yang berwarna merah muda itu, persalinannya diperkirakan jatuh pada 10 Juli 2016, atau delapan hari lagi.

Pariyem tak cemas dengan persalinannya. Namun, ia khawatir dengan nasib rumahnya yang berada di zona merah longsor.

Dua anak sebelumnya, dilahirkan secara normal. Tanpa bantuan bidan maupun dokter, tapi dukun bayi.

Namanya sempat heboh karena untuk pertama kalinya berhasil memaksa Kepala BPBD Banyumas untuk turun ke lokasi bencana.

Tentu saja, kedatangan blio yang terhormat bukan untuk melihat korban longsor dan menjamin keamanan warga di lokasi, tapi hanya untuk memastikan kapan pastinya hari persalinan Pariyem.

Wajahnya penuh senyum kemenangan saat mengetahui kalau kelahiran Pariyem ternyata masih tiga minggu lagi. Bukan tiga hari seperti yang diperkirakan relawan. Padahal, tanpa kabar dari relawan yang berhari-hari berjibaku dengan penanganan awal longsor, kabar soal Pariyem tidak akan pernah sampai di telinganya.

Menurut data BPS, angka kematian ibu dan bayi termasuk paling tinggi di wilayah Banyumas. Angkanya mencapai 8 untuk setiap 1000 kelahiran.

Di Grumbul yang mayoritas dihuni umat Budha ini, persalinannya masih mengandalkan dukun bayi. Informasi mengenai kesehatan kehamilan bahkan masih sangat minim. Tentu saja, SMS Bunda di daerah ini sangat tidak populer. Apalagi situs web, keluarganusantara.com.

Bukan apa-apa, mereka rata-rata tidak mempunyai telepon genggam. Jangankan beli HP, sinyal saja tidak ada di lokasi ini. Jangan kaget, ini masih di Banyumas. Masih pulau Jawa.

Pariyem tidak terlalu khawatir dengan persalinannya. Ia lebih khawatir tebing di belakang rumahnya luruh dan menimpa rumah.

Tinggalkan Balasan