Raden Soetedja Layak Menjadi Identitas Masyarakat Banyumas

Ragam199 Dilihat
Diskusi pemutaran film dan konser musik “Tribute to Soetedja” di Kafe Kopi Kebon Purwokerto, Jumat (7/12) lalu.

Purwokertokita.com – Nama Raden Soetedja selama ini dikenal hanya sebagai nama gedung kesenian di Banyumas, masyarakat dan pelaku seni di Banyumas nyatanya tidak begitu mengenal Soetedja sebagai seorang komponis.

Fakta ini terungkap dalam diskusi pemutaran film dan konser musik “Tribute to Soetedja” di Kafe Kopi Kebon Purwokerto, Jumat (7/12) lalu. Acara ini digagas oleh Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB), Ruang Kerja Creative dan Kopi Kebon yang melibatkan lebih dari 50 pelaku komunitas kreatif di bidang film, pemusik, fotografi, sastra, pecinta sejarah hingga desain grafis.

Sendy Noviko, musikus sekaligus akademisi yang hadir pada acara diskusi mengatakan, awalnya dia mengenal Soetedja dari lagu Stasiun Purwokerto, lalu berkenalan dengan Gedung Kesenian Soetedja. Menurut Sendy, seharusnya Raden Soetedja tidak sekadar dikenal sebagai nama gedung kesenian.

“Komponis ini layak menjadi identitas masyarakat Banyumas,” katanya.

Sendy juga menyampaikan ungkapan terima kasihnya kepada sang sutradara film “Mencari Soetedja”, Bowo Leksono yang berani mencari dan menemukan kembali permata bernama Soetedja.

“Karyanya, seperti lagu “Hamba Menyanyi” yang sering dibawakan sewaktu kecil, saya pikir lagunya Bing Slamet. Saya baru tahu, ternyata lagu ini ciptaan Soetedja,” ungkapnya.

Dia menyebutkan, dalam peta musik Indonesia, nama Soetedja sendiri tak banyak disebut. Beberapa lagunya sebenarnya merupakan kritik sosial. Contohnya lagu bertema korupsi seperti “Aku Jadi Kepala, Korupsi” dan “Seruanku”.

Sementara itu, Bowo Leksono menyebutkan, film dokumenter “Mencari Soetedja” sejatinya sangat istimewa. Selain karena proses risetnya yang cukup lama hingga 8 tahun, film ini seakan tak pernah usai.

“Ini pencarian yang belum selesai,” katanya.

Sebagai pembuat film, menurut Bowo, pihaknya dan pegiat film pelajar di CLC Purbalingga akan terus menggarap film. Tak hanya Raden Soetedja, tapi tokoh-tokoh lain di wilayah Banyumas Raya yang tak dikenal dan layak untuk diangkat.

“Kami akan berupaya mengenalkan mereka lewat film,” ujarnya. (NS/YS)

Tinggalkan Balasan