Purwokertokita.com – Petani di Cilacap, Jawa Tengah mengembangkan burung hantu jenis Tyto Alba atau serak jawa untuk menanggulangi serangan hama tikus di sawah mereka.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pertanian Sidareja, Cilacap, Karto mengklaim burung hantu amat efektif mengontrol populasi tikus di sebuah kawasan.
Sebab, tiap malam tyto alba mampu memangsa 10 ekor tikus. Angka 10 ekor ini bakal bertambah jika burung hantu tengah berkembang biak.
Baru-baru ini, dipasang 60 rumah burung hantu (rubuha) di hamparan sawah dua kecamatan. Yakni Kecamatan Gandrungmangu dan Kedungreja, masing-masing 30 titik.
“Itu berupa, sarang burung hantu, diletakkan di tengah sawah, begitu saja. Sebagai terminal sebenarnya. Jadi tidak diberi burungnya, tapi di situ dikasih rumah seperti kandang burung dara,” jelasnya, Selasa (12/4).
Berdasar laporan kelompok tani setempat, banyak ditemukan bangkai tikus yang sudah berupa pelet. Artinya, tikus tersebut telah dimakan oleh tyto alba dan dikeluarkan (muntahkan-red) dalam bentuk pelet silinder dan sudah dicerna organ dalamnya.
“Biasanya, burung hantu mampir ke situ, sambil melihat kondisi. Bisa efektif, karena pada malam hari penglihatan burung hantu sangat tajam. Gerakan tikus di jarak 500 mater saja masih bisa dideteksi,” ujarnya.
Karto juga mengklaim, efektivitas burung hantu dalam menanggulangi serangan wereng melebihi perangkap tikus maupun racun tikus (rodentia). Selain itu, kontrol populasi tikus akan berjalan alamai dan ramah lingkungan. Kata dia, tyto alba merupakan jenis burung hantu yang memiliki daya adaptasi tinggi dan mudah berkembang biak.
Sementara ini, penangkaran tyto alba ada di wilayah Cilacap timur, Kroya. Petani dari sejumlah daerah kerap membeli burung hantu untuk menanggulangi serangan hewan pengerat ini.
Namun, kata Karto, tidak seluruh warga masyarakat sadar manfaat keberadaan tyto alba. Di sejumlah daerah, dilaporkan ada tyto alba yang ditembak.