Aspirasi Diabaikan, Demo Tolak UU Cipta Kerja di Banyumas Nyaris Ricuh

Peristiwa212 Dilihat
Gabungan organisasi mahasiswa intra dan ekstra kampus se-Banyumas yang menamakandiri Aliansi SEMARAK menggelar aksi unjuk rasa di halaman kantor DPRD Kabupaten Banyumas, Rabu (7/10/2020).
Gabungan organisasi mahasiswa intra dan ekstra kampus se-Banyumas yang menamakandiri Aliansi SEMARAK menggelar aksi unjuk rasa di halaman kantor DPRD Kabupaten Banyumas, Rabu (7/10/2020).Foto:RAD

Purwokertokita.com, Banyumas – Gabungan organisasi mahasiswa intra dan ekstra kampus se-Banyumas yang menamakandiri Aliansi SEMARAK menggelar aksi unjuk rasa di halaman kantor DPRD Kabupaten Banyumas, Rabu (7/10/2020). Ribuan mahasiswa ini mengajukan delapan butir tuntutan kepada DPRD Banyumas agar disampaikan ke DPR RI.

Delapan butir tuntutan itu antara lain menuntut DPR RI untuk mencabut pengesahan omnibus law, menuntut Presiden Jokowi untuk mengeluarkan PERPPU untuk menggantikan Omnibus Law, mendesak pemerintah pusat untuk segera menyelesaikan permasalahan COVID-19, wujudkan reforma Agraria Sejati dan Industrialisasi Nasional, menuntut wakil rakyat di tingkat Banyumas untuk menolak Omnibu Law, menuntut wakil rakyat untuk melibatkan masyarakat dalam pembentukan peraturan ke depannya, menuntut DPR RI agar bersikap rasional dalam merealisasikan kebijakan di era pandemi.
Pada aksi itu, massa mendesak anggota DPRD Banyumas agar keluar menemui demonstran. Mereka meminta anggota DPRD menyampaikan tuntutan mahasiswa ke DPR RI.

Ketua DPRD Banyumas, dr Budhi Setiyawan dan sejumlah anggota fraksi kemudian menemui massa. Budhi dan anggota dewan lain naik ke mobil komando menemui massa.

Di atas mobil komando Budi menandatangani surat pernyataan bermaterai yang disediakan mahasiswa. Surat itu berisi kesanggupan menyampaikan aspirasi mahasiswa ke DPR.

Budhi menyatakan akan menyampaikan aspirasi mahasiswa ke DPR RI. Namun mahasiswa tak mau sekadar dijanjikan. Massa mendesak Budhi dan yang lain melakukan panggilan video kepada anggota DPR RI dari fraksi masing-masing sebagai bukti kongkret.

“Kami tidak begitu saja percaya, harus ada bukti otentik. Sekarang kan zaman sudah canggih, bisa dibuktikan dengan foto atau video,” ujar korlap aksi, Abdel Yuris Fadillah.

Budhi enggan tak memenuhi desakkan mahasiswa. Massa sekatika riuh menyoraki Budhi. Budhi justru meminta turun dari mobil komando. Namun massa terus mendesak mereka melakukan panggilan video.

Situasi memanas ketika anggota dewan mengabaikan permintaan mahasiswa dan turun dari mobil komando. Mereka sempat dihadang massa, namun polisi membukakan jalan untuk rombongan dewan.

Demo berlanjut. Situasi nyaris ricuh ketika ada yang melempar botol dan gelas minuman plastik dari arah demonstran ke arah polisi di balik gerbang kantor DPRD. Aksi saling dorong pintu gerbang pun tak terhindarkan.

Pasukan pengendali massa beratribut lengkap sempat bersiaga. Truk water canon juga sempat bersiaga menghadap massa.

Ketegangan sedikit mereda ketika Sekretaris DPRD Banyumas, Nungky Hari Rachmat menemui mahasiswa. Nungky menjelaskan anggota dewan dari tiap fraksi tak bisa menemui massa karena tengah dinas ke luar kota. Massa sekali lagi riuh.

Massa mendesak sekretaris dewan agar menyampaikan surat kepada setiap pemimpin fraksi agar ditandatangani. Sekwan menyanggupi, namun tidak pada hari itu karena anggota dewan tengah berdinas.

“Kami akan komunikasikan dengan pimpinan fraksi,” ujar dia.

Karena tak mencapai kesepakatan, massa meminta perwakilan tiap organisasi masuk ke kantor dewan. Para demonstran akhirnya menerima komitmen sekwan untuk menyampaikan surat itu kepada pimpinan fraksi. Pukul 16.30 WIB massa mulai membubarkan diri.(rad)

Tinggalkan Balasan