Hebat! Tas Produk Lokal Banyumas Bersaing dengan Tas Impor

Bisnis219 Dilihat
tas lokal banyumas
Winoto (34) sedang mengecek tas hasil produksinya di Desa Tlaga, Kecamatan Gumelar, Banyumas. (Yudi Setiyadi/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – “Masyarakat Indonesia masih latah untuk membeli tas impor, padahal banyak produk tas lokal yang kualitasnya jauh lebih baik,” kalimat ini terlontar dari mulut Winoto (34), produsen tas lokal dari Desa Tlaga, Kecamatan Gumelar, Banyumas.

Beragam tas fashion wanita dengan desain modis produksi Winoto telah beredar di pasaran nasional. Seminggu dua kali produk tas dari desa di wilayah barat Banyumas ini dikirim ke distributor di Jakarta, Medan dan Bogor. Lucunya, banyak penjual tas di sekitar Purwokerto yang justru kulakan produk lokal ini dari pedagang di Jakarta dan Bogor.

“Saya sering melihat tas produksi saya dijual oleh para pedagang sekitar Purwokerto, tapi mereka mengambil barangnya dari pedagang di Jakarta dan Bogor,” tutur Winoto saat ditemui Purwokertokita.com , kamis (19/11).

Bukan hanya tas fashion wanita yang diproduksi oleh Winoto, dia juga membuat dompet, tas laptop, tas rangsel dan tas untuk keperluan diklat. Kualitas produk tas Winoto mendapatkan respon pasar yang baik, setiap minggunya Winoto dan 13 karyawannya bisa membuat 240 tas wanita dengan beragam jenis.

Ragam jenis tas wanita hasil produksi Winoto. (Yudi Setiyadi/Purwokertokita.com)
Ragam jenis tas wanita hasil produksi Winoto. (Yudi Setiyadi/Purwokertokita.com)

Semua hasil produksi tas Winoto dikirim ke luar daerah karena belum ada pasar lokal yang menampung. “Satu bulan bisa mencapai seribuan tas yang kami buat, semuanya dipasarkan ke luar daerah, sebenarnya kalau ada pedagang di sekitar Banyumas yang mau ikut memasarkannya kami mau saja untuk mengantar,” tambah Winoto.

Winoto memulai usahanya sebagai pembuat tas sejak tahun 2006, sebelum membuka usaha sendiri dia sempat bekerja sebagai buruh konveksi tas pada salah satu home industri di Jakarta. Pengalaman kerja ini menjadikan Winoto mahir dalam membuat tas dengan beragam jenis, keterampilan yang dia miliki kemudian dia gunakan untuk membuka usaha sendiri setelah pulang ke desanya.

Dua tahun berjalan, permintaan tas produksinya semakin banyak, merasa kekurangan modal, Winoto memutuskan untuk bekerja menjadi buruh migran di Korea. “Dulu saya masih takut berurusan dengan Bank, jadi tahun 2008 saya pergi kerja ke Korea,” ungkapnya.

Modal yang dia dapat dari hasil kerja di Korea ini dia gunakan untuk memulai usahanya lagi pada tahun 2013. Kini usahanya terus berkembang dan tas hasil produksinya pun telah naik tingkat, tas buatannya sekarang bersaing dengan produk tas impor yang banyak beredar di Indonesia.

Yudi Setiyadi

Tinggalkan Balasan