Semakin Dekat, Pengobatan Herbal Sinegy Herba Alami Kini Hadir di Purwokerto

advetorial475 Dilihat

Sinse, Achmad Suhendi, herbal
Purwokertokita.com – Pengobatan alternatif Sinergy Herba Alami (SHA) membuka cabang baru di Jl Sersan Sadiman Kelurahan Karangklesem, Kecamatan Purwokerto Selatan, Senin (17/8). Peresmian dihadiri sejumlah tokoh, antara lain Ketua PITI Banyumas dan anggota DPRD Kabupaten Banyumas.

Pembukaan diawali bakti sosial dengan membuka pengobatan untuk masyarakat. Selain itu, SHA juga memberikan diskon kartu member. Jika biasanya kartu member dibandrol Rp 250 ribu untuk layanan pengobatan selama setahun, pada momen spesial ini cukup Rp 100 ribu.

“Dengan kartu ini, konsumen bisa mendapat pelayanan kesehatan selama satu tahu,” kata Sinse Achmad Suhendi, pemilik sekaligus terapis SHA.

Di SHA, ada berbagai macam layanan kesehatan, antara lain mandi uap. Msndi uap di SHA berbeda dengan mandi uap biasa.

Di sini, uap berasal dari rebusan 17 macam rempah nusantara. Ramuan rempah ini merupakan resep warisan dari ayahnya yang juga seorang sinse.

Khasiat mandi uap rempah ini ada banyak, antara lain detoksifikasi, melancarkan peredaran darah, mengatasi pegal linu, hingga meningkatkan performa seksualitas pria maupun wanita.

Layanan lain yang tersedia di SHA yaitu fisioterapi. SHA menyediakan perangkat kursi pijat otomatis dan papan terapi tegangan listrik terukur melalui telapak kaki. Layanan ini efektif untuk melancarkan peredaran darah dan mengatasi pegal-pegal.

herbal, SHA, Sinergi herba alami
Pasien mengantre di Sinergi Herba Alami cabang Karangklesem, Purwokerto Selatan, beberapa hari yang lalu.

Konsumen yang datang juga dibuatkan resep herbal sesuai keluhan yang dirasakan. Achmad Suhendi tidak mewajibkan konsumen membayar resep ini. Konsumen bisa membayar herbal. Namun jika tidak mampu, Suhendi tidak memaksa pasien membayar.

“Saya belajar ini dari ayah saya,” ujar dia.

Suhendi memang memegang erat apa yang diajarkan dan dilakukan ayahnya semasa masih hidup. Di masa kecil, Suhendi kerap diajak ayahnya keliling memberikan pengobatan.

Ia masih ingat diajak naik sepeda ontel dan diikat kain jarik dari rumah ke rumah. Ketika itu, ayahnya enggan mengobati warga di rumah.

Setelah menerima keluhan sakit, ayahnya meminta pasiennya pulang. Setelah itu, ayahnya meracik herbal dan kemudian diantarkan ke rumah pasiennya. Di rumah pasiennya, ayahnya memberikan pengobatan.

“Ayah saya tidak memungut bayaran, meskipun bisa. Tetapi ibu waktu itu melihat kami butuh untuk menghidupi keluarga, jadi ibu memasang kotak semacam kotak infak untuk pasien yang mau membayar,” kata anak ketiga dari enam bersaudara ini.

Kesederhanaan dan keikhlasan ayahya dipegang teguh Suhendi hingga hari ini. Meskipun bisa mematok tarif tinggi seperti sinse pada unumnya, namun ia memilih mengutamakan pelayanan kesehatan prima yang terjangkau berbagai lapisan ekonomi masyarakat.

Berkat pendekatan kemanusiaan yang diwariskan ayahnya, SHA dengan mudah diterima masyarakat. Selain di Karangklesem, SHA juga ada di Gumiwang, Kabupaten Banjarnegara.

“Setiap tempat praktik ada 12 orang karyawan. Ini juga bagian dari mendukung program pemerintah terkait penyerapan tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran,” ucapnya.

Ke depan, Suhendi menargetkan membuka tempat praktik baru di Cilacap dan Purbalingga. Di Banyumas sendiri, Suhendi berniat menambah 10 titik baru agar semakin banyak masyarakat yang bisa merasakan manfaat layanan SHA.(advetorial)

Tinggalkan Balasan