Baru Belajar Berteater, Dewi Aminah Berani Tampilkan “Sang Bintang”

Komunitas254 Dilihat
Dewi Aminah, pelajar SMKN 1 Karanggayam mementaskan monolog “Sang Bintang”, di halaman Rumah Belajar Sangkanparan, Cilacap, Sabtu (21/4) malam. (dok.sangkanparan.purwokertokita)

Purwokertokita.com – Belum lama belajar menekuni dunia peran, gadis asal Kebumen, Dewi Aminah, harus melakoni pentas teater perdananya tepat pada peringatan Hari Kartini, tempo hari. Pelajar SMK Negeri 1 Karanggayam ini menampilkan monolog “Sang Bintang”, di halaman Rumah Belajar Sangkanparan, Desa Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi, Cilacap.

Naskah lakon ini diangkat dari Kumpulan Lakon Monolog “Sampai Depan Pintu”, karya Whani Darmawan. Sang Bintang ini berkisah tentang seorang prempuan yang terobsesi menjadi bintang.

Perempuan itu pun berusaha mengejar cita-citanya dengan merantau ke kota. Tak sekadar mencari sesuap nasi, tapi menjadi bintang yang populer.

Namun kebintangan yang dijalani justru merubah banyak hal. Ia akhirnya tahu, bahwa kebintangannya hanya sebuah alat yang diciptakan oleh dunia hiburan. Semakin hari, hidupnya pun semakin hancur.

Usai pentas, sang pemain, Dewi Aminah mengaku, pementasan tersebut merupakan peristiwa yang paling berkesan. Sebab, dia sama sekali tidak memiliki latar belakang apapun dalam dunia seni pertunjukan.

“Saya tidak punya pengalaman dalam dunia seni perunjukan, ini pengalaman pertama saya pentas teater, apalagi ditonton oleh ratusan orang,” akunya.

Sutradara pentas, Dewi Kusumawati mengatakan, proses persiapan pentas Sang Bintang ini relatif singkat. Dilakoni saat Praktek Kerja Industri di Komunitas Sangkanparan Cilacap dan dipentaskan tepat pada peringatanHari Kartini.

“Saya memberikan kesempatan kepada Dewi Aminah untuk membaca naskah. Dia mempelajari naskah tersebut, membaca berulang, menghafalkan dan mencoba menyelami kehidupan dalam cerita,” jelasnya.

Perupa asal Cilacap, Bowo mengatakan, Sangkanparan berhasil menciptakan ruang kreatifnya sendiri. Bahkan, pentas di halaman terbuka ini tidak hanya disaksikan oleh warga desa sekitar, tapi juga dikunjungi oleh banyak orang dari berbagai daerah.

“Dengan kekuatan sosial media, Sangkanparan mampu menyedot penonton dari berbagai daerah untuk hadir di desa Tritih Lor. Ini hal yang sangat luar biasa,” ujar Bowo.

Menurut dia, di Cilacap belum ada gedung kesenian yang representatif untuk berkesenian. Meski demikian, kegiatan kesenian harus tetap digelar.

Sebelum pementasan monolog, seniman dari Sanggar Priambodo Cilacap mementaskan tari tradisional untuk menghibur pengunjung. (NS)

Tinggalkan Balasan