4 Pemilik Shio Ini Harus Diruwat di Tahun Anjing, Ini Alasannya

Ragam188 Dilihat
Umat melepas 77 pasang burung merpati di halaman Klenteng Boen Tek Bio Banyumas, Minggu (25/2) (ns/purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Pada perhitungan kalender lunar (bulan), setiap datangnya tahun baru Imlek bakal ada empat shio yang peruntungannya kurang bagus atau ciong. Pada Tahun Anjing Tanah 2569 empat shio yang kurang beruntung adalah Anjing, Naga, Kerbau dan Kambing.

Selepas merayakan datangnya Tahun Baru Imlek, para pemilik shio ini harus menjalani tradisi ruwatan atau ciswak massal. Keturunan Tionghoa di seluruh dunia bersembahyang di klenteng, untuk memohon keselamatan saat menjalani kehidupannya.

Tradisi itu juga digelar di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Boen Tek Bio Banyumas, Minggu (25/2) pagi. Ratusan keluarga dari berbagai daerah berkumpul ingin mendoakan keluarganya agar dijauhkan dari kesialan.

Menurut Humas TITD Boen Tek Bio, Sobita Nanda, dalam tradisi masyarakat keturunan Tionghoa, yang wajib diruwat adalah putra sulung lelaki yang membawa pamor keluarga. Sebab, anak laki-laki akan mewarisi marga keluarga.

“Ruwatan ini, dipercaya akan mendatangkan berkah serta menghindari mara bahaya. Khususnya bagi masyarakat yang memiliki shio ciong seperti anjing, kerbau, naga dan kambing. Putra sulung serta anak tunggal yang berkelamin laki-laki turut didoakan dalam tradisi ini,” kata dia.

Upacara dimulai dengan persembahyangan pada pukul 11.30. Seluruh umat memberi penghormatan di hadapan altar Tuhan Allah (Thian Kong), lalu dilanjutkan ke altar Dewa Tuan Rumah (Khong co), ketiga ditujukan kepada Altar Kongco Hu Sen. Sembahyang yang terakhir, ditujukan kepada Altar Tri Nabi Agung Sam Kauw.

“Ada sepasang burung merpati putih yang dipersembahkan ke altar Thian. Ini melambangkan agar umat manusia kembali suci,” lanjut Sobita.

Usai ibadat, umat menuju halaman klenteng untuk melepas burung merpati. Tahun ini, umat melepas 77 pasang ekor burung merpati warna-warni bersamaan dengan sepasang merpati putih yang dilepaskan dalam acara tersebut sebagi simbol kebebasan bagi setiap umat.

Dia menambahkan, burung merpati tersebut mewakili memiliki makna niatan baik dan menandakan pertolongan dalam keragaman. Mereka dilepaskan oleh wakil dari keluarga yang memiliki anak lelaki sulung.

“Pelepasan 77 pasang burung merpati warna warni dan 1 pasang burung merpati putih ini adalah simbol kebebasan bagi setiap umat dari mara bahaya dan sebagai tolak bala. Serta mewakili berbagai keyakinan, etnis dan masalah yang berbeda-beda bagi setiap umat. Sedangkan sepasang merpati putih dilepaskan sebagai simbol penebusan dosa bagi setiap umat,” jelasnya.

Sembahyang kali ini, sambung dia, diikuti oleh 1.800 putra sulung dari setiap keluarga Tionghoa. Tidak hanya dari Indonesia, mereka juga berasal dari berbagai negara, antara lain dari Jerman, Prancis, Amerika, Inggris, Malaysia dan Singapura. (NS-)

Tinggalkan Balasan